JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) telah merealisasikan dana hasil penawaran umum terbatas (PUT) II melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebesar Rp5,74 triliun pada semester I-2023.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, penggunaan dana rights issue diantaranya untuk maintenance dan restorasi Rp1,65 triliun, pemenuhan maintenance reserve Rp810,77 miliar, bahan bakar Rp1,73 triliun dan biaya sewa pesawat Rp900 miliar.
BACA JUGA:
“Selain itu, ada biaya restrukturisasi perseroan Rp370 miliar, dan modal kerja lainnya Rp275,88 miliar. Kemudian sisa dana hasil penawaran umum terbatas rights issue Rp2,03 triliun. Penempatan giro dengan tingkat bunga 4% dan jangka waktu penyimpanan liquid,” ujarnya dilansir Harian Neraca, Kamis (20/7/2023).
Tanggal efektif PUT II GIAA jatuh pada 2 Desember 2022. Dengan jumlah hasil penawaran umum Rp 7,79 triliun dan asumsi seluruh biaya penawaran umum Rp 21,51 miliar. Sehingga hasil bersihnya Rp 7,7 triliun.
Sebelumnya, GIAA menerima penyertaan modal negara (PMN) yang resmi diterima pada 20 Desember 2022. Penerimaan PMN tersebut yang dilakukan melalui PUT II itu, turut memperkuat upaya Garuda dalam mengakselerasikan pemulihan kinerja usaha, yang diselaraskan dengan komitmen pemerintah melalui realisasi PMN sebagai dukungan terhadap langkah percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Di kuartal pertama 2023, perseroan membukukan rugi bersih USD110,13 juta atau setara Rp1,61 triliun (kurs Rp14.685 per dolar AS).
Rugi tersebut berhasil ditekan hingga 50,97% dibandingkan priode yang sama tahun lalu sebesar USD224,66 juta. Pendapatan GIAA terpantau naik 72,2% yoy menjadi USD602,99 juta atau sekitar Rp8,85 triliun dibanding kuartal pertama 2022 sebesar USD350,15 juta.