Dengan argumentasi yang kuat, Alvira menambahkan opsi keempat, tanpa Pier atau tiang di tengah lengkungan. Seorang konsultan asal Jepang mengatakan bahwa hal itu mustahil dan sulit dilakukan, kalau bisa disambung tanpa tiang, kontraktor Adhi Karya tidak akan bisa.
“Tapi saya berkeyakinan bahwa setiap jembatan memang punya resiko ya masing-masing. Tapi selama perhitungannya tepat saya yakinkan bahwa itu bisa dilakukan,” ucapnya.
Alvira berargumen dengan menggunakan Pier atau tiang di tengah lengkung sepanjang 148 meter dibantahnya sebab di bawah jembatan lengkung terdapat dua ruas jalan yang saling berhimpitan, tepatnya Jalan Gatot Subroto dan Jalan Tol Layang.
“Nah jalan yang berhimpitan itu kalau dibangun pondasi untuk Pier bisa rawan getaran kalau sewaktu-waktu ada gempa kecil. Makanya saya berkeyakinan dibangun saja tanpa tiang di tengah. Tentu perhitungannya harus tepat dengan menambah banyak gaya dalam perhitungannya,” jelasnya.
Menurutnya, setiap enginer tak pernah bisa meremehkan pembangunan atau perencanaan suatu struktur atau bangunan jembatan sekalipun. Jika alasannya, berbahaya dan penuh resiko, maka seharusnya semua pembangunan jembatan punya resikonya sendiri-sendiri.
“Jadi waktu itu saya lawan argumen dari konsultan Jepang. Saya menyakinkan bahwa bisa pasang bentangan tanpa tiang. Dan alhamdulillah, dengan perhitungan matang, semua berjalan sesuai rencana,” katanya.
Saat peresmian, Alvira memang tak bisa hadir di acara Seremoni yang dihadiri empat menteri sekaligus, diantaranya Menko Luhut Binsar Panjaitan, Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi serta Menteri BUMN Erick Thohir. Alvira beralasan ada urusan kantor yang tidak bisa ditinggalkan.