Meskipun demikian, ekonomi Inggris Raya tetap menjadi satu-satunya ekonomi maju besar yang belum mendapatkan kembali level pra-Covid pada akhir 2019.
Kemudian, bank Sentral Eropa dapat menghentikan kampanye kenaikan suku bunga selama setahun pada bulan September, setelah mendapat petunjuk dari Presiden Christine Lagarde bulan lalu, tetapi kenaikan lebih lanjut pada akhir tahun masih akan terjadi dengan inflasi yang semakin panas.
Dari sentimen internal, minggu ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menjadi hedline diberbagai media baik media masa maupun media elektronik.
Berbagai ekonom terus memproyeksikan PDB (Produk Domestik Bruto) atau pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terjaga di angka 5,1 persen hingga akhir tahun 2023.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan percepatan penyelesaian konstruksi proyek-proyek infrastruktur pada tahun 2024 atau menjelang pergantian Presiden RI.
Dan ini pernah terjadi juga waktu 2019, di mana sebelum terjadi pergantian pemerintahan banyak proyek-proyek yang dikebut.
Bukan proyek-proyek baru, tapi proyek existing, ini momentumnya dikebut.
BACA JUGA:
Pada kuartal keempat 2023 akan terjadi peningkatan belanja pemerintah maupun masyarakat dalam menyambut pemilu tahun depan, baik dari sisi belanja APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) maupun belanja partai politik.
Di sisi lain, pihaknya melihat akan ada peningkatan ekspor pada komoditas di sektor hilirisasi, seperti nikel yang menjadi bahan vital pada kendaraan listrik (EV). Kemudian, tingkat ekspor tembaga juga diperkirakan akan meningkat.
Seharusnya selama kuartal keempat 2023 juga tidak ada lonjakan inflasi.
Kalau inflasi tetap rendah, diiringi dengan percepatan konstruksi dan belanja para pemilu, maka seharusnya daya beli masyarakat juga meningkat.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2023 berada pada level 5,17% secara tauhuan (yoy). Sedangkan, secara kuartal ke kuartal (qtq) mengalami kenaikan sebesar 3,86% bila dibandingkan dengan kuartal I 2023.
Berdasarkan sentimen diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan pekan depan berpotensi bergerak fluktuatif cenderung melemah di rentang Rp15.200 - Rp15.260.
(Zuhirna Wulan Dilla)