JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini masih mengkaji skema penggabungan atau merger antara PT Garuda Indonesia Tbk, Citilink Indonesia, dan Pelita Air Service (PAS). Di mana opsi pendirian holding dan subholding baru pun menjadi sorotan.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menyatakan, pihaknya hingga kini masih membahas aksi korporasi tersebut. Sehingga belum ada kesepakatan terkait pendirian subholding atau holding yang menaungi tiga maskapai penerbangan pelat merah tersebut.
Tak hanya itu, pemegang saham juga belum menentukan apakah saham Pelita Air Service akan di-inbreng-kan ke Garuda Indonesia atau justru sebaliknya.
"Belum tahu (holding), ya inbreng-nya kemana, apakah inbreng-nya ke Garuda, apakah inbreng-nya ke Citilink kan kita nggak tau, apakah dia seperti subholding kita belum tahu juga nih, masih dikaji," ujar Arya saat ditemui wartawan di tempat kerjanya, Rabu (23/8/2023).
Saat ini Kementerian BUMN masih melakukan kajian mendalam terkait konsolidasi tersebut.
Adapun komposisi pemegang saham Garuda Indonesia pasca tuntasnya proses restrukturisasi utang pada akhir tahun lalu, 64,54% dimiliki pemerintah, 7,99% Trans Airways, 7,99% publik, dan 4,83% kreditor.