Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Di Hadapan Petinggi ASEAN, Wamen BUMN Bahas soal Transformasi Perbankan Digital

Suparjo Ramalan , Jurnalis-Rabu, 06 September 2023 |14:36 WIB
Di Hadapan Petinggi ASEAN, Wamen BUMN Bahas soal Transformasi Perbankan Digital
Wamen BUMN, Rosan Roeslani bahas perbankan digital di KTT ASEAN 2023. (Foto: MPI)
A
A
A

 

JAKARTA - Pinjaman digital di Indonesia diperkirakan akan tumbuh secara signifikan pada 2030.

Menghadapi fenomena itu, bank BUMN dipastikan fokus pada tiga transformasi pinjaman digital.

 BACA JUGA:

Tiga aspek yang dimaksud mencakup pinjaman digital, pembayaran digital (e-wallet), dan perbankan digital.

Wakil Menteri BUMN II, Rosan Perkasa Roeslani mengatakan dalam transformasi pinjaman digital, bank pelat merah telah meluncurkan platform pinjaman digital.

 BACA JUGA:

Bank BUMN terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk, (BNI).

Menurutnya, inisiatif tersebut memberikan dampak signifikan terhadap inklusi keuangan di Tanah Air.

Misalnya, pinjaman digital BRI yang tumbuh 146% dalam waktu satu tahun dengan nilai pinjaman USD125 juta kepada jutaan peminjam.

 BACA JUGA:

“Kemudian, untuk pembayaran digital (e-wallet), beberapa BUMN juga telah memperluas layanan pembayaran melalui platform e-money bagi pelanggan," ungkap Rosan dalam plenary session AIPF bertajuk 'Inclusive Digital Transformation', Jakarta Selatan, Rabu (7/9/2023).

Terakhir, untuk perbankan digital, Bank Mandiri, BRI, BNI dan BTN juga telah membangun solusi perbankan digital, salah satunya mobile banking BNI yang tumbuh 59,6% year on year menjadi 7,8 juta pengguna pada 2020.

Rosan menegaskan bahwa inklusi keuangan bukan sekadar tujuan dari ekonomi saja, melainkan juga untuk kepentingan sosial.

Dia pun memastikan BUMN terus mengambil langkah strategis untuk mendorong akselerasi inklusi keuangan

Di hadapan para petinggi anggota ASEAN, Rosan mencatat tingkat kesadaran masyarakat ASEAN untuk melakukan transaksi dan menggunakan jasa layanan bank tercatat masih rendah.

Persentase saat ini, sebanyak 70% penduduk ASEAN belum menggunakan layanan perbankan. Tidak hanya itu, sekitar 39 juta dari 70 juta UMKM juga menghadapi kekurangan pendanaan yang cukup besar dengan nilai USD300 miliar setiap tahunnya.

"Kami sangat berharap, diskusi dalam forum ini akan menghasilkan solusi terhadap tantangan inklusivitas keuangan yang kita hadapi di kawasan, untuk menjaga stabilitas dan kesejahteraan di kawasan ASEAN,” pungkasnya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement