Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Transisi Energi, Harga Gas Terlalu Mahal Butuh Investasi Besar

Candra Gunawan Nurhakim , Jurnalis-Senin, 09 Oktober 2023 |12:14 WIB
Transisi Energi, Harga Gas Terlalu Mahal Butuh Investasi Besar
Transisi energi sulit dilakukan jika harga gas mahal (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTATransisi energi akan akan sulit direalisasikan jika energi yang relatif lebih bersih seperti gas alam cair (LNG) harganya masih relatif tinggi, terutama untuk energi listrik. Jika harga gas mahal, program konversi energi terbarukan memerlukan investasi yang besar.

Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga Radiandra, mengungkapkan dengan melimpahnya gas alam di Indonesia, harusnya transisi energi bisa dipercepat.

Apalagi Indonesia telah berkomitmen untuk net zero emission pada 2060. Namun, saat ini ujar dia, pembangkit tenaga diesel yang menggunakan solar masih banyak, yakni berjumlah 5.200 yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Jika dengan harga gas di atas USD10 (per mmbtu) itu rasanya sulit untuk membangun fasilitas penunjang untuk menggantikan solar jadi gas. Investasinya terlalu besar, namun akan menjadi menarik jika harga acuannya adalah harga diesel yang mana targetnya mengurangi ketergantungan kita akan listrik tenaga diesel yang itu solar bahan bakarnya. Apalagi di lapangan banyak sekali penyelewengan, pencurian solar itu sangat riskan,” ujar Daymas, Senin (9/10/2023).

Dia mengungkapkan, program dedieselisasi baik menggunakan gas alam cair, geothermal atau energi bersih lainnya bisa mengefisiensikan juga kehilangan anggaran PT PLN dari diesel dan batubara.

“Idealnya harganya di atas USD6 dan di bawah USD10 sudah cukup menarik sebenarnya. Sudah win win. Karena bicara LNG, bukan gas seperti PLTG yang hanya menggunakan jalur pipa gas namun ini gas yang sudah diproses sedemikian rupa sehingga memiliki faktor dimensi yang jauh kecil dari CNG (gas terkompresi) atau kebutuhan jalur kebutuhan pipa jalur biasa. Sehingga ini merupakan efisiensi yang lain, efisiensi logistic dan juga efisiensi Pembangunan infrastruktur,” jelas Daymas.

Seharusnya, kata dia, harga gas Indonesia mengacu pada harga pasar dunia. Supaya konversi energi bisa direalisasikan lebih cepat dan lebih efisien.

“Ini juga menjadi langkah pemerintah dalam menentukan bagaimana harga gas untuk program-program penggantian konversi ke sustainability energi. Apalagi kita tahu, kita mau mentransisikan dari fosil ke dibutuhkan energi transisi dan gas ini bisa diandalkan, jauh lebih bersih dan realibitinya dibanding yang lain,” tutur Daymas.

Program gasifikasi bertujuan mengganti penggunaan bahan bakar solar dengan gas bumi/LNG agar biaya pembangkitan PLN menjadi lebih murah sekaligus mendukung transisi energi.

Sementara itu, Corporate Secretary PT PLN Energi Primer Indonesia Mamit Setiawan mengungkapkan Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) ditetapkan dan dievaluasi secara berkala oleh pemerintah dan sangat membantu PLN dalam menurunkan biaya pembangkitan listrik.

“Program gasifikasi dilaksanakan sepanjang harga kontraktual gas/LNG dan biaya infrastruktur lebih rendah daripada harga solar dan biaya logistik. Sehingga apabila PLN mendapatkan HGBT akan semakin meningkatkan nilai tambah program gasifikasi sekaligus menurunkan biaya pembangkitan PLN,” ujar Mamit.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement