 
                
JAKARTA - China kehilangan tempatnya sebagai ekonomi terbesar dunia. Padahal ekonomi terbesar dipegang China selama tiga dekade terakhir.
Kabar terbaru mengungkapkan bahwa pencakar langit ekonomi dunia ini kini menghadapi tantangan serius. Tiongkok yang sebelumnya dikenal dengan pertumbuhan ekonominya yang cepat, kini tengah berjuang mempertahankan posisinya sebagai kekuatan ekonomi dunia.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Tiongkok telah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi global selama tiga dekade terakhir. Mereka telah menjadi pemain utama dalam sektor manufaktur, memiliki pasar konsumen besar, dan mempengaruhi ekonomi dunia. Namun, perubahan baru-baru ini di pemerintahan Tiongkok menunjukkan pergeseran fokus yang signifikan.
Presiden Tiongkok Xi Jinping telah memutuskan untuk lebih memprioritaskan keamanan nasional daripada pertumbuhan ekonomi. Artinya, mereka tidak lagi mengejar pertumbuhan ekonomi secara agresif. Sebagai gantinya, Tiongkok kini lebih fokus pada teknologi tinggi dan kekuatan militer.
"Ini bukan lagi tentang ekonomi, ini semua tentang teknologi canggih dan persenjataan," ujar Pendiri Survei Ekonomi China Beige Book, Lee Miller, dilansir dari Insider, Senin (16/10/2023).
Perubahan fokus ini memiliki dampak signifikan pada prioritas dan perilaku pemerintah Tiongkok. Dampaknya sudah terasa di berbagai sektor ekonomi.
Salah satu tanda utamanya adalah pasar properti. Tiongkok telah membangun lebih banyak perumahan daripada yang diperlukan, mengakibatkan kelebihan pasokan yang mengakibatkan penurunan harga properti.
Beberapa kota bahkan memiliki perumahan kosong yang diambil alih oleh petani untuk digunakan sebagai tempat pemeliharaan ternak.
Namun, pemerintah Tiongkok telah berjuang keras untuk mengatasi masalah ini. Mereka telah mencoba mengurangi spekulasi dan menghentikan kredit yang menggembungkan harga properti. Namun, ini tidaklah mudah karena sektor properti adalah sumber pendapatan penting bagi pemerintah lokal.
Selain masalah properti, ekonomi Tiongkok juga mengalami tekanan lain. Meskipun negara-negara lain berjuang dengan inflasi, Tiongkok masih berada dalam kondisi deflasi. Ekspor Tiongkok juga mengalami penurunan, terutama karena ketegangan perdagangan dengan Eropa dan AS.
Semua perubahan ini berdampak pada perusahaan-perusahaan global yang bergantung pada pasar Tiongkok. Perusahaan seperti Apple dan Tesla telah kehilangan sebagian pelanggan mereka di Tiongkok. Perusahaan lain juga merasa tekanan karena pasar Tiongkok yang berubah.
Ini semua menunjukkan bahwa Tiongkok tidak lagi menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi global.
Era dominasi ekonomi Tiongkok yang tak terbantahkan telah berakhir. Dunia sekarang harus siap menghadapi masa depan yang lebih tidak pasti, di mana Tiongkok tidak lagi menjadi pemain utama dalam pertumbuhan ekonomi global.
(Feby Novalius)