Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Garuda Indonesia (GIAA) Raup Pendapatan Rp34,6 Triliun tapi Masih Rugi Rp1,1 Triliun

Dinar Fitra Maghiszha , Jurnalis-Rabu, 01 November 2023 |14:08 WIB
Garuda Indonesia (GIAA) Raup Pendapatan Rp34,6 Triliun tapi Masih Rugi Rp1,1 Triliun
Pendapatan Garuda Indonesia Meningat. (Foto: Okezone.com/MPI)
A
A
A

JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat rugi USD72,38 juta hingga kuartal III-2023. Jumlah tersebut setara Rp1,12 triliun (kurs Rp15.526 per 1 USD).

Realisasi rugi maskapai pelat merah berbalik dari posisi laba yang dicapai periode sama tahun sebelumnya mencapai USD3,7 miliar.

Performa ini membawa rugi per saham terpuruk di level USD0,00274, dari semula USD0,14294, sebagaimana tersaji dalam laporan keuangan, Rabu (1/11/2023).

Kinerja tersebut berlangsung saat pendapatan usaha GIIA tumbuh 48,31% year-on-year (YoY) mencapai USD2,23 miliar atau setara Rp34,67 triliun. Apabila dibandingkan pada kuartal tiga tahun lalu, pendapatan GIAA sebanyak USD1,5 miliar.

Seluruh segmen terhitung mengalami pertumbuhan, antara lain aktivitas penerbangan berjadwal yang tumbuh pada tahun ini di angka USD1,72 miliar, kemudian penerbangan tidak berjadwal USD274,25 juta, hingga pendapatan lainnya USD234,91 juta.

Lantas mengapa bisa rugi?

Mengacu laporan keuangan, serangkaian beban mengalami peningkatan. Pos beban terbesar berasal dari ongkos operasional penerbangan yang mencapai USD1,13 miliar. GIAA mencatat terdapat kenaikan biaya bahan bakar dari semula USD544,2 juta menjadi USD695,18 juta, disusul peningkatan gaji tunjangan dan imbalan untuk karyawan.

Biaya operasional sewa dan charter pesawat juga meningkat menjadi USD83 juta dari USD50,14 juta. Demikian juga pengeluaran suku cadang mencapai USD66,72 juta, meskipun biaya pemeliharaan dan perbaikan turun di level USD10,49 juta dari USD18,55 juta.

Kendati perseroan mampu memangkas beban umum administrasi di level USD129,07 juta, sayangnya keperluan biaya bandara meningkat di tahun ini menjadi USD154,77 juta, yang utamanya berasal dari biaya pelayanan pesawat dan penerbangan.

Komisi penjualan tiket juga terlihat meningkat menjadi USD72,49 juta, dari USD35,09 juta, demikian pula beban reservasi di angka USD55,72 juta, sehingga menambah kenaikan total beban tiket, penjualan, dan promosi mencapai USD149,77 juta.

Ini juga belum ditambah kenaikan beban pelayanan penumpang, hingga aneka ongkos operasional pendapatan lain, termasuk hotel, transportasi, dan lainnya, plus beban keuangan yang segunung. Sehingga GIAA telah merugi secara operasional, yang terlihat dari rugi sebelum pajak mencapai USD103,05 juta.

Kondisi Balance Sheet

Pembukuan rugi akhir September tahun ini menggembungkan akumulasi kerugian yang ditanggung senilai USD3,75 miliar.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement