MENTERI Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati secara mengejutkan memberikan sinyal lampu kuning ekonomi global.
Ini bukan hal yang biasa dilakukan, sebagai nahkoda keuangan negara, sudah biasa memetakan kondisi ekonomi global. Namun yang tidak biasa adalah sinyal yang harus disikapi pelaku usaha dengan kehati-hatian.
Apa yang disoroti Sri Mulyani? Menurutnya, pertumbuhan ekonomi global melambat dengan adanya ketidakpastian yang meningkat tinggi, disertai divergensi pertumbuhan antar negara yang makin melebar.
International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 mencapai 3,0% dan melambat menjadi 2,9% pada 2024.
Di Negeri Paman Sam pada 2023 masih tumbuh kuat terutama ditopang konsumsi rumah tangga dan sektor jasa, sedangkan Tiongkok melambat dipengaruhi pelemahan konsumsi dan krisis di sektor properti.
Tekanan inflasi diprakirakan masih tinggi dipicu oleh kenaikan harga energi dan pangan akibat eskalasi konflik geopolitik, fragmentasi ekonomi, serta fenomena El Nino.
Untuk mengendalikan inflasi, suku bunga kebijakan moneter di negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR) diprakirakan masih tetap berada pada level yang tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama (higher for longer).
Kenaikan suku bunga global diprakirakan akan diikuti dengan kenaikan yield obligasi tenor jangka panjang negara maju, khususnya obligasi pemerintah AS akibat peningkatan kebutuhan pembiayaan Pemerintah dan premi risiko jangka panjang (term-premia).
Perkembangan tersebut memicu aliran keluar modal asing dari Emerging Markets ke negara maju dan mendorong penguatan signifikan dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia.

Pertanyaan, bagaimana kondisi ekonomi di Indonesia?
Untungnya, konsumsi swasta diprakirakan masih tumbuh kuat sejalan dengan keyakinan konsumen yang masih tinggi, terkendalinya inflasi. Untungnya lagi, Indonesia memiliki aktivitas pesta demokrasi alias penyelenggaraan Pemilu di 2024.
Percepatan belanja negara terkait penyelenggaraan Pemilu serta penguatan peran APBN sebagai shock absorber diharapkan dapat mendorong konsumsi Pemerintah serta menjaga daya beli masyarakat.
Investasi bangunan dan non-bangunan memasuki tren peningkatan seiring dengan progress penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pada sisi lain, sebagaimana dialami oleh banyak negara, aktivitas ekspor mengalami penurunan sejalan dengan pelemahan ekonomi global.
Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi nasional ke depan diprakirakan masih tetap kuat. Pertumbuhan ekonomi tahun 2023 diprakirakan berada di level 5,1%.
Sebagai Menteri Keuangan, Sri Mulyani pasti tidak akan tinggal diam. Wanita andal di bidang ekonomi ini masih terus mengamati perkembangan khususnya faktor eksternal yakni geopolitik. Mari kita tunggu sinyal selanjutnya.
(Dani Jumadil Akhir)