Namun, Prajogo memiliki tekad untuk merubah nasib hidupnya. Pada tahun 1960, dia memutuskan merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib.
Menurutnya jika dia merantau ke Jakarta maka dia akan mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik.
Meskipun begitu, ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya, di Jakarta pun dia gagal mendapatkan pekerjaan. Hal ini membuat dirinya terpaksa memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Kalimantan Barat dan menjadi sopir angkot sebagai pekerjaannya.
Tetapi saat dirinya menjadi sopir angkot, seakan-akan nasib baik berpihak kepadanya.
Pada tahun 1969 dia bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, Bong Sun (Burhan Uray). Pertemuan itulah Prajogo diajak untuk bergabung di perusahaan milik Bong,yaitu PT Djajanti Group.
Singkat cerita, pada 1976 dirinya ditunjuk sebagai General Manager (GM) Pabrik Plywood Nusantara Gresik, Jawa Timur. Hal ini didapatkan olehnya berkat kerja keras Prajogo selama bekerja kurang lebih tujuh tahun.
(Taufik Fajar)