Adapun ADRO masih mencatat pertumbuhan 11% pada volume penjualan menjadi 49,12 juta ton, dengan pendapatan turun 16% menjadi USD4.981 juta, karena penurunan 25% pada harga jual rata-rata (ASP).
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Garibaldi Thohir mengatakan, walaupun menghadapi penurunan harga dan tekanan biaya karena inflasi, model bisnis ADRO yang terintegrasi tetap berkinerja baik.
"Kami berada di posisi yang baik untuk mencapai target FY23 berkat dukungan eksekusi yang baik di setiap bisnis. Kami juga berada di tempat yang tepat untuk ambil bagian pada inisiatif hilirisasi Indonesia, yang menekankan komitmen kami terhadap pertumbuhan berkelanjutan di jangka panjang," jelas Boy Thohir.
ADRO mencatat laba inti USD1.418 juta pada kuartal III 2023 dan EBITDA operasional sebesar USD1.944 juta. Sejalan dengan rencana investasi, belanja modal naik 71% menjadi USD473 juta.
Belanja modal tersebut terutama digunakan untuk investasi pada alat berat, tongkang dan infrastruktur pendukung pada rantai pasokan, dan di sisi lain memulai investasi pada smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya.
Posisi keuangan ADRO tetap sehat dengan posisi kas bersih sebesar USD1.835 juta per akhir sembilan bulan pertama 2023.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)