Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Harta Makin Banyak, Orang Ini Nikmati Lonjakan Kekayaan dari Bisnis Nikel

Fadillah Rafli Anwari , Jurnalis-Senin, 11 Desember 2023 |11:16 WIB
Harta Makin Banyak, Orang Ini Nikmati Lonjakan Kekayaan dari Bisnis Nikel
Orang Ini Makin Kaya Berkat Bisnis Nikel. (Foto: Okezone.com/Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Ambisi Indonesia menjadi pusat industri kendaraan listrik (EV) mendapatkan dorongan besar, berkat keberhasilan dua perusahaan pertambangan, Harita Nickel dan Merdeka Battery Materials (MBM).

Harita Nickel yang dipimpin oleh miliarder kelapa sawit Lim Hariyanto Wijaya Sarwono sukses merambah ke dunia nikel sejak 2006. Bahkan pada April lalu. Harita Nickel melakukan IPO dengan meraup dana segar senilai Rp10,095 triliun atau menjadi perusahaan yang mencatatkan saham perdananya terbesar kedua tahun ini.

Meskipun sahamnya turun sejak itu, langkah ini membantu meningkatkan kekayaan Lim hingga Rp74,4 triliun, lebih dari empat kali lipat dari tahun sebelumnya.

Harita Nickel, yang memiliki empat konsesi nikel di pulau Obi, Maluku Utara, telah menjadi pemain kunci dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah produk nikel.

Perusahaan ini mengembangkan fasilitas produksi untuk feronikel, bahan baku penting dalam pembuatan baja tahan karat, serta pabrik pemurnian asam leaching bertekanan tinggi (HPAL), yang menjadi yang pertama di Indonesia.

Harita Nickel juga bermitra dengan perusahaan China, Lygend Resources & Technology, untuk memproduksi bahan baku EV seperti campuran hidroksida presipitat dan nikel sulfat.

Kemudian, ada Merdeka Battery Materials (MBM), anak perusahaan dari Merdeka Copper Gold, yang meraih sukses besar dengan IPO senilai Rp9,2 triliun pada April, menjadi IPO terbesar ketiga tahun ini di Indonesia.

Didukung oleh dua magnat batu bara, Garibaldi Thohir dan Edwin Soeryadjaya, MBM memiliki rencana ambisius untuk menjadi produsen baterai EV terintegrasi.

Menurut Thohir, pemilik sekitar 9% saham MBM, perusahaan seperti MBM berada pada posisi yang baik untuk mendapatkan manfaat dari strategi pemerintah. Strategi ini bertujuan untuk membuat Indonesia menjadi pusat bagi perusahaan asing, termasuk dari China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan sebagainya, dalam memproduksi baterai EV.

Analisis dari Buana Capital Sekuritas optimis tentang masa depan MBM, memprediksi kenaikan laba bersih perusahaan sebesar Rp574 miliar pada tahun 2023, dengan pendapatan lebih dari tiga kali lipat menjadi Rp21,8 triliun.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement