Meskipun sudah ada banyak keluhan dari para karyawan, manajemen tetap tidak melakukan apapun terhadap situasi tersebut. Hingga pada akhirnya, 14 dari 20 karyawan, termasuk Chang, mengajukan pengunduran diri mereka.
Akan tetapi, empat hari kemudian, mereka terkejut saat mengetahui bahwa perusahaan telah pindah kembali ke kota Xi’an dan secara aktif mencari karyawan baru. Mereka menuduh mantan atasannya yang memindahkan kantor ke pegunungan agar mereka berhenti tanpa harus membayar kompensasi apapun.
Setelah cerita ini viral, perusahaan periklanan tersebut membantah klaim tersebut. Perusahaan juga mengancam akan menuntut mantan karyawannya karena memfitkan reputasi perusahaan.
“Sewa di Kawasan Pusat Bisnis mahal, dan kantor baru sedang direnovasi. Kami mengoperasikan sebuah homestay, jadi kami pindah sementara ke sana selama seminggu,” kata seorang perwakilan perusahaan.
Namun, mantan karyawan tersebut kini menuduh perusahaan meremehkan situasi tersebut, dan mengklaim bahwa mereka diberitahu lokasi pegunungan tersebut akan berfungsi sebagai kantor pusat perusahaan untuk waktu yang lama, mungkin lebih satu tahun.
Di media sosial Tiongkok, sebagian besar komentar berpihak pada mantan karyawan, dan menuduh perusahaan melakukan praktik manipulatif bahkan melanggar kontrak kerja standar yang menentukan lokasi kerja. Dimana, mengubah lokasi tersebut tanpa ada persetujuan karyawan adalah pelanggaran kontrak.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)