Berdasarkan sektor lapangan usaha, sektor konstruksi tumbuh 7,68%, di mana pertumbuhan ini merupakan kedua terbesar sesudah sektor industri pengolahan yang tingginya 4,07%.
“Namun kontribusi industri masih 19,08%, jadi memang masih yang tertinggi. Kemudian, kalau kita lihat juga capaian pertumbuhan ini didukung juga oleh konsumsi rumah tangga sebesar 4,82 secara YoY dan juga investasi sebesar 4,40% YoY,” papar dia.
Dari lapangan usaha, transportasi dan pergudangan tumbuh 13,96%. Bidang ini tumbuh tinggi karena pemulihan (recovery) dari Covid-19.
Dari segi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi adalah Lembaga Non-profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT), di mana pengeluaran di luar konsumsi rumah tangga secara tahunan adalah 9,83%.
“Terjaganya konsumsi rumah tangga serta meningkatnya di tengah situasi eksternal yang penuh ketidakpastian ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menstimulasi ekonomi di triwulan ke-4 yang lalu,” bebernya.
Adapun, dari spasial struktur ekonomi Indonesia masih didominasi di pulau Jawa, dengan persentase kontribusinya sebesar 57,05% terhadap keseluruhan ekonomi, namun tahun ini terlihat kontribusi spasial mengalami peningkatan, terutama di daerah Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua.
Tak hanya itu, Airlangga mengatakan pertumbuhan ekonomi secara impresif dicapai oleh Maluku Utara (Malut) dengan pertumbuhan sebesar 20,49% lalu, Sulawesi Tengah (Sulteng) di posisi 11,91%.
Menurutnya, baik pertumbuhan ekonomi domestik di Malut dan Sulawesi Tengah ditopang oleh hilirisasi daripada logam ataupun nikel.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)