"Desain biasanya bawa sendiri samplenya. Kita bikin dulu satu, kalau cocok baru kita lanjutkan prosesnya. Untuk harga, frame dengan ukuran kecil Rp180 ribu, yang besar Rp300 ribu," ujar dia.
Bangkit dari pandemi, kini bingkai-bingkai yang dia buat dan jual mulai kembali menghasilkan omzet cukup besar. Dia mengaku mendapat Rp40 juta per bulan.
"Satu bulan minimal bisa mendapatkan Rp40 juta dengan margin keuntungan bersih 25%. Biaya terbesar ada di bahan baku kayu pohon durian, sisanya untuk pekerja dan saya," kata dia.
Menurutnya, kebutuhan modal menjadi hal yang paling dibutuhkan saat bangkit dari pandemi covid. Dia mengaku mendapatkan akses modal dari salah satu bank BUMN.
"Awal diberi kredit Rp25 juta, seiring tahun pelan-pelan naik ke Rp500 juta, tapi saat pandemi turun jadi Rp200 juta karena modal sudah hampir habis, omzet menurun," kata dia.
Dia pun mengaku tenang karena upaya untuk memulihkan usaha bingkainya terbantu oleh entitas BUMN lainnya, Askrindo. Wayan bilang, penjaminan pinjaman dari Askrindo membuat bisnisnya yang meminjam modal uang ratusan juta ke bank, bisa dijalani dengan lebih aman.
"Pinjaman untuk UMKM saya sebenarnya sudah sejak 2018 dijamin oleh Askrindo, jadi saat pinjam modal ke bank ketika pandemi tak punya modal, saya lebih tenang," ujar dia.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)