BOGOR - Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) Eka Hari Jayanti kini sukses menjalani usaha batik ciwitan. Usahanya itu berawal mengisi waktu luang dan kini malah mampu membuka lapangan pekerjaan.
Wanita asal Bantul, Yogyakarta itu mengatakan banyak waktu luang membuatnya mencoba melakukan kegiatan produktif dengan memulai usaha batik ciwitan pada 2015. Tentunya dia sangat senang dalam segala hal urusan seni.
Batik dipilihnya bukan tanpa alasan. Sebab, keluarganya adalah perajin batik yang membuat bakat-bakat seni itu mengalir kepadanya dan kembali digali dengan belajar otodidak.
Setelah lebih mengerti berbagai teknik dalam membuat batik, dia memilih metode ciwitan atau jumputan karena lebih mudah ketimbang dengan canting. Ciwitan adalah metode batik dengan di gambar pola batik secara manual, lalu diikat beberapa bagian sebelum masuk proses pewarnaan.
"Namanya, ciwitan karena bikinnya di ciwit-ciwit gitu. Ternyata batik tulis itu tidak gampang, apalagi pakai canting dengan lilin panas," kata Eka saat ditemui Okezone.com, belum lama ini
Awalnya, Eka menjalani usahanya seorang diri, tetapi ternyata butuh bantuan orang lain. Oleh karena itu, dia tergerak melahirkan perajin-perajin batik.
Dia harus pergi dari kampung ke kampung untuk menggelar pelatihan batik untuk masyarakat. Cara itu dia pilih untuk mencari potensi calon perajin batik yang akan masuk dalam plasma atau kemitraan dalam usahanya.
"Saya sudah menggelar workshop banyak tempat. Itu gratis. Paling dalam satu tempat yang saya latih sekitar 20 orang dan dapat yang punya potensi membatik biasanya ada 3-4 orang," ucapnya.
BACA JUGA:
Wanita yang usahanya berada di Desa Cibanteng, Ciampea, Kabupaten Bogor itu mengatakan kini punya banyak plasma yang rata-rata anggotanya 20 orang. Jadi, saat ada pemesanan batik ciwitan pasti melibatkan plasma tersebut.
"Jadi, mereka mengerjakan di rumah masing-masing saat ada pemesanan batik ciwitan," katanya.
Eka mengatakan dalam usaha memang mengalami pasang dan surut. Namun, dirinya sangat menikmati itu dan akan terus berusaha agar usahanya tetap bertahan dan malah makin berkembang.
"Dalam satu bulan batik ciwitan terjual 50 sampai dengan 500 buah. Itu tergantung adanya pemesan. Saya juga buat stok meskipun tidak terlalu banyak. Harga jual mulai Rp 150 sampai dengan Rp 2 jutaan. Itu tergantung bahan batik dan tingkat kesulitan motif," ujarnya.