Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tak Main-Main! Ini Dampak Mengerikan Perang Iran-Israel ke Ekonomi RI

Nekha Fatimah Nursadiyah , Jurnalis-Minggu, 21 April 2024 |09:48 WIB
Tak Main-Main! Ini Dampak Mengerikan Perang Iran-Israel ke Ekonomi RI
Dampak perang Iran-Israel ke ekonomi Indonesia (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Perang Iran dengan Israel memiliki dampak pada ekonomi Indonesia. Konflik yang terjadi di Timur Tengah bisa memicu kenaikan biaya logistik dan suplai Bahan Bakar Minyak (BBM).

Direktur eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti menyampaikan, negara Timur Tengah sebagai negara importir minyak terbesar dunia membawa dampak yang signifikan. Pasalnya Indonesia membutuhkan minyak sekitar 3,45 juta barel setiap bulan.

Terjadinya perang Iran dengan Israel menaikan harga minyak dan komponen biaya transportasi, dampaknya bagi negara Indonesia dapat berpengaruh ke harga-harga komoditas lainnya.

“Perekonomian Indonesia terintegrasi dengan perekonomian global, sehingga jika melihat besaran investasi, impor, ekspor dan kontribusi kenaikan biaya energi serta logistik akan sangat besar,” ujar Associate INDEF Asmiati Malik pada diskusi publik secara daring, ditulis Minggu (21/4/2024).

Di sisi lain, Indonesia juga dibayangi risiko dan tekanan terhadap inflasi khususnya pada barang inputs karena rupiah terdepresiasi. Inflasi masih menjadi tantangan khusus yang cukup besar.

Menurut Kepala Center of Digital Economy and SMEs INDEF Eisha Maghfiruha, Indonesia memiliki target inflasi 2,5% yang menurutnya masih dapat diproyeksikan dan bisa dikendalikan. Namun, membutuhkan intensitas tinggi khususnya bagi Bank Indonesia dan para pemangku kebijakan terkait untuk membahas tuntutan eskalasi terhadap nilai tukar rupiah.

Ketegangan tersebut pun menuai dampak pada perekonomian domestik Indonesia yang memunculkan supply shock akan perubahaan arah logistik yang berdampak pada industri manufaktur.

“Indonesia sebagai negara importir minyak bumi dan beberapa barang input, dimana ketergantungan importir input masih tinggi untuk industri manufaktur sehingga berdampak pada struktur biaya dari industri Indonesia sendiri,” sambung Eisha.

Dampak harga minyak dan juga biaya logistik yang mengalami kenaikan tentu mempengaruhi defisit fiskal sebesar 2%-3%. Indonesia diharapkan dapat menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara lebih efektif. Diharapkan anggaran diarahkan pada belanja produktif yang dapat generate income berdampak panjang.

“Eskalasi pada sektor Industri memberikan dampak pada biaya produksi yang tinggi dan kelangkaan input, sehingga dibutuhkan kebijakan industri yang tepat demi mendorong produktivitas industri nasional maupun industri kecil-menengah,” papar Eisha.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement