"Sumber daya EBT melimpah dan tersebar dengan potensi mencapai 3.680 GW, yang bisa dioptimalkan untuk memasok kebutuhan energi nasional di masa depan," tuturnya.
Sementara, tambah Eniya, dalam peta jalan transisi energi, Indonesia sudah menetapkan pembangunan pembangkit listrik setelah 2030 hanya berasal dari sumber EBT.
Diproyeksikan pada 2060, kapasitas terpasang pembangkit EBT akan mencapai 350 GW dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) akan meningkat secara signifikan mulai 2030.
"Indonesia juga akan mengimplementasikan super grid yang terintegrasi untuk memberikan akses energi kepada seluruh masyarakat. Super grid akan mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi terbarukan dan menjaga kestabilan sistem kelistrikan," tuturnya.
Kemudian, Eniya menambahkan Indonesia juga sudah fokus melakukan inovasi dalam pengembangan energi bersih, di antaranya ialah pemanfaatan hidrogen, dengan telah menetapkan strategi hidrogen nasional, yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai produsen dan pusat hidrogen ramah lingkungan dalam memenuhi permintaan global.
"Inovasi lain adalah fase komersialisasi bahan bakar penerbangan menggunakan bioavtur J2.4 berbasis biodiesel, juga mengembangkan PLTS terapung dengan kapasitas yang besar, seperti di Cirata (Jawa Barat) dengan kapasitas 193 MW, yang merupakan PLTS terapung terbesar ketiga di dunia," katanya.
(Taufik Fajar)