Menurutnya, hal itu menimbulkan kekhawatiran pasar akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, dan berpotensi menurunkan permintaan minyak mentah Amerika Serikat.
"Terdapat pula kekhawatiran pasar akan keseimbangan supply-demand menyusul rencana Departemen Energi AS untuk mengeluarkan 10 juta barel cadangan gasoil di musim panas, yang juga mempengaruhi penurunan harga minyak mentah. Menguatnya nilai tukar dolar AS terdapat mata uang lain juga menyebabkan penurunan harga," terang Agus.
Sementara untuk kawasan Asia Pasifik, lanjut Agus, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh berkurangnya volume minyak mentah yang diproses oleh sejumlah kilang di Asia. Seiring merosotnya marjin penjualan diesel akibat peningkatan pasokan produk dari kilang-kilang baru, dan cuaca yang sejuk di belahan bumi bagian utara.
Selain itu, penurunan crude oil throughput Korea Selatan akibat kebakaran di kilang Daesan sebesar 3,6% dan penurunan crude oil throughput Singapura akibat aktifitas maintenance di kilang-kilang milik ExxonMobil sebesar 7,3%, bila dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya.
Kemudian, terdapat penurunan konsumsi gasoil di China selama bulan April 2024 sebesar 4,41% menjadi 16,51 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya, seiring peningkatan penggunaan kendaraan listrik.
Berikut perkembangan harga minyak mentah utama bulan Mei 2024 dibandingkan April 2024:
Dated Brent turun sebesar USD8,10/bbl dari USD90,15/bbl menjadi USD82,05/bbl
WTI (Nymex) turun sebesar USD5,77/bbl dari USD84,39/bbl menjadi USD78,62/bbl
Brent (ICE) turun sebesar USD6,00/bbl dari USD89,00/bbl menjadi USD83,00/bbl
Basket OPEC turun sebesar USD5,46/bbl dari USD89,12/bbl menjadi USD83,66/bbl.
Kemudian, Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia turun sebesar USD7,83/bbl dari USD87,61/bbl menjadi USD79,78/bbl.
(Taufik Fajar)