 
                
JAKARTA - Dengan pesatnya perkembangan teknologi digital, akses terhadap informasi keuangan semakin mudah.
Namun kemudahan ini juga membawa tantangan yang membuat orang cenderung mengambil keputusan keuangan yang kurang tepat.
Padahal generasi muda memainkan peran penting dalam perekonomian dan literasi keuangan menjadi kunci utama untuk memastikan keberhasilan mereka di masa depan.
Brand and Strategy Lead Bank Jago Aprilia Safitri mengungkapkan bahwa uang seharusnya menjadi alat untuk menuju kebebasan finansial, bukan hanya pemuas keinginan semata.
"Maka generasi muda perlu memiliki kendali atas uang," katanya di Jakarta, Minggu (4/8/2024).
Salah satunya adalah dengan memiliki kemampuan dalam mengelola anggaran (budgeting) agar tidak berperilaku konsumtif dan impulsif.
Dalam budgeting, sekarang banyak aplikasi atau metode yang memudahkan untuk memisah-misahkan anggaran.
“Bank Jago merancang produk dan layanan berbasis aplikasi yang dapat tertanam dalam ekosistem digital serta dapat disesuaikan dengan berbagai kebutuhan hidup masing-masing individu,” katanya.
Dalam investasi Bank Jago berkolaborasi dengan platform investasi online Bibit dan Stockbit agar pengguna dapat berinvestasi secara mudah dan seamless.
Pada kesempatan yang sama, Product Marketing Lead Bibit Tumbuh Bersama (Bibit) Pebriani Artha memberikan pemahaman mengenai pentingnya investasi sejak dini. Menurutnya semakin cepat dalam berinvestasi, semakin besar nilai aset yang dicapai di masa depan.
Dia menjelaskan bahwa terdapat salah satu pendekatan dalam berinvestasi, yaitu goal-based investment. Pendekatan tersebut menjawab tujuan yang ingin dicapai, target waktu untuk mencapainya, dan besaran risiko yang diambil untuk mencapai tujuan tersebut.
Kolaborasi ini dapat bisa menjadi salah satu solusi bagi generasi muda atau pemula yang ingin berinvestasi karena bisa dilakukan sesuai preferensi goal-based investment tersebut, yaitu tujuan, waktu, dan risiko, yang disesuaikan dengan produk investasinya.
"Kolaborasi antara Bank Jago dan Bibit dapat membantu generasi muda dalam mencapai stabilitas dan kesuksesan finansial di masa depan," katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2024, yang menyebut capaian indeks literasi keuangan masyarakat 65,43 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen pada 2023.
"Berdasarkan hasil SNLIK tahun 2024 diperoleh indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan tahun 2023, bahwa indeks literasi keuangan adalah 65,43 persen dan indeks inklusi keuangan 75,02 persen," kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti saat konferensi pers Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2024 di Jakarta, Jumat.
Hasil indeks literasi keuangan paling rendah dialami generasi muda usia 15-17 tahun dalam SNLIK 2024. Survei tersebut terbagi dalam kelompok umur 15-17 tahun, 18-25 tahun, 26-35 tahun, 36-50 tahun, dan 51-79 tahun.
Kelompok 26-35 tahun, 36-50 tahun, dan 18-25 tahun memiliki indeks literasi keuangan komposit tertinggi yaitu masing-masing sebesar 74,82 persen, 71,72 persen, dan 70,19 persen.
"Sebaliknya kita bisa lihat di sini untuk kelompok umur 15-17 dan juga 51-79 memiliki komposit terendah yaitu sebesar 51,70 persen dan 52,51 persen, begitu juga dengan indeks literasi keuangan syariah," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi.
(Feby Novalius)