JAKARTA – Alasan Ultra High Net Worth Individuals (UNHWI) atau orang super tajir tidak memilih Bali sebagai rumah kedua. Meskipun Bali dikenal sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di dunia, residensial mewah di Bali dan Jakarta justru kurang diminati oleh para miliarder.
Apa yang membuat Bali kalah dari Phuket sebagai pilihan "second home"?
Bali dan Jakarta dikenal sebagai destinasi premium bagi wisatawan mancanegara, namun ternyata hal ini tidak cukup menarik bagi Ultra High Net Worth Individuals (UNHWI) untuk memiliki residensial mewah di kedua lokasi tersebut.
Menurut Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan para UNHWI dalam memilih lokasi properti, khususnya yang dianggap sebagai "second home".
Salah satu alasan utama yang membuat residensial mewah di Bali dan Jakarta kurang diminati oleh UNHWI adalah kebutuhan mereka akan pasar properti yang dianggap sebagai "safe haven market". Dalam konteks ini, "safe haven market" adalah pasar yang relatif stabil dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta pertumbuhan harga properti yang positif.
Selain itu, kebijakan kepemilikan properti, khususnya untuk orang asing, menjadi salah satu pertimbangan besar bagi UNHWI yang berada di regional Asia Pasifik maupun secara global. Bali, meskipun memiliki potensi besar, masih belum mampu menawarkan kemudahan dan stabilitas yang diinginkan oleh UNHWI untuk investasi properti lintas batas.
“Perlu adanya penerapan kebijakan yang lebih rigid dan nyata untuk memudahkan kepemilikan atau transaksi properti oleh warga negara asing," ujar Syarifah Syaukat.
Ketika dibandingkan dengan beberapa lokasi di Asia seperti Phuket, Bali tampak kurang menarik bagi UNHWI karena berbagai alasan. Phuket, misalnya, telah berhasil menciptakan citra sebagai pasar properti yang stabil dan menguntungkan bagi investor asing. Hal ini tercermin dari pertumbuhan harga properti yang positif secara historis dan minimnya gangguan kebijakan yang mempersulit kepemilikan asing.
Dengan kata lain, Bali perlu meningkatkan daya tariknya tidak hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai lokasi investasi properti yang stabil dan menguntungkan bagi UNHWI. Langkah-langkah strategis, termasuk perbaikan kebijakan kepemilikan properti untuk orang asing, diharapkan dapat mengubah persepsi dan menarik minat lebih banyak UNHWI ke Bali dan Jakarta sebagai pilihan utama untuk "second home".
(Kurniasih Miftakhul Jannah)