JAKARTA - Industri nikel Indonesia disoroti karena kerja paksa. Laporan terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS mengenai “Global State of Child and Forced Labour” menjelaskan bahwa nikel Indonesia sebagai produk dari praktik eksploitatif. Hal ini dikutip dari berbagai laporan berita dan penelitian dari organisasi non-pemerintah.
“Kerja paksa mencemari rantai pasok mineral penting, termasuk aluminium dan polisilikon dari China, nikel dari Indonesia, dan kobalt, tantalum, dan timah dari Republik Demokratik Kongo,” kata Wakil Menteri Urusan Perburuhan Internasional Thea Lee saat konferensi pers 5 September dilansir SCMP, Jakarta, Rabu (25/9/2024).
“Para pekerja menghadapi pelanggaran seperti kerja lembur yang berlebihan dan tidak disengaja, pekerjaan yang tidak aman, upah yang tidak dibayar, denda, pemecatan, ancaman kekerasan, dan jeratan hutang," sambung Thea Lee.
Penderitaan kerja China yang direkrut secara curang di pabrik peleburan nikel Indonesia disorot di laporan dengan jumlah 330 halaman tersebut. Laporan tersebut mengungkap isu-isu seperti jam kerja yang lebih panjang, penyitaan paspor, pemotongan gaji karyawan yang semena-mena, serta kekerasan fisik dan verbal sebagai hukuman.
Pada laporan tahun lalu ditemukan survei dari adanya 333 pekerja China hanya terdapat 27% yang memiliki izin kerja yang sah, sementara 23% melaporkan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan tempat kerja mereka, dan terdapat tujuh pekerja yang meninggal di tempat kerja tanpa adanya penjelasan.
“Meskipun tidak ada dampak hukum atau peraturan langsung dari temuan ini, laporan Departemen Tenaga Kerja AS dianggap sebagai sumber resmi yang mempengaruhi kebijakan dan keputusan bisnis,” katanya peneliti di Indo-Pacific Development Centre Lowy Institute di Australia, Hilman Palaon, Rabu (25/9/2024).
Terdapat sebanyak 93 insiden di kompleks nikel Indonesia yang mengakibatkan 91 kematian dan 158 cedera telah tercatat dari tahun 2015-2023. Sedangkan untuk tahun ini, terdapat 17 insiden di bulan Januari hingga Juni yang menyebabkan adanya 8 kematian dan 63 cedera i pusat nickel seperti Morowali dan teluk Weda.