JAKARTA – Intip harta kekayaan Hartono bersaudara yang tajir berkat jualan rokok. Urutan pertama orang terkaya di Indonesia ditempati oleh Hartono bersaudara yang terdiri dari Michael Hartono, dan R. Budi Hartono.
Kakak-beradik ini terkenal sukses dalam usaha rokok kretek terbesar di Indonesia. Hartono bersaudara meraih kekayaan dari usaha tembakau dan masih menjadi salah satu pembuat rokok kretek tersukses di Indonesia.
Dimulai dari mendiang sang Ayah, Oei Wie Gwan, pada saat itu mengakuisisi salah satu perusahaan rokok yang bangkrut pada tahun 1950, dan kemudian memberi nama usaha rokok tersebut menjadi Djarum, yang awalnya bernama Jarum Gramofon. Setelah kepergian Oei Wie Gwan, Hartono bersaudara kompak melanjutkan usaha Djarum hingga menjadi perusahaan yang berkembang pesat hingga saat ini.
Dilansir dari situs Forbes terkini, Jumat (27/9/2024), jumlah kekayaan yang dimiliki oleh Michael Hartono sebesar USD27,2 miliar atau setara dengan Rp410,6 triliun. Sedangkan sang adik, R. Budi Hartono, memiliki kekayaan yang lebih banyak sebesar USD28,3 miliar atau setara dengan Rp427,1 triliun.
Selain dikenal sukses sebagai pengusaha rokok kretek, kekayaan Hartono bersaudara berasal dari beberapa bisnis merek besar lainnya yang mereka jalani.
Sebagian besar kekayaan Hartono bersaudara berasal dari investasi saham mereka di Bank Central Asia (BCA). Hartono bersaudara membeli saham di BCA setelah keluarga sebelumnya, yakni keluarga Salim, kehilangan kendali atas bank selama terjadinya krisis ekonomi Asia tahun 1997-1998.
Michael Hartono bersama adiknya R. Budi Hartono juga memiliki merek Polytron yang merupakan merek elektronik popular, usaha dalam real estate di Jakarta, hingga saham di Startup Game Razer.
Tak kalah maju dengan usaha lainnya, Hartono Bersaudara juga memiliki anak perusahaan dari Grup Djarum berupa PT Global Digital Niaga Tbk yang memiliki e-commerce populer dengan nama Blibli. Hartono bersaudara mendaftarkan PT Global Digital Niaga dalam Initial Public Offering (IPO) tahun 2022 dan berhasil mengumpulkan dana sebesar USD510 juta atau setara Rp7,6 triliun.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)