JAKARTA - Prospek ekonomi Jakarta terkendali dan tumbuh solid didukung oleh inflasi yang terjaga stabil. Ekonomi Jakarta juga didukung kondisi ketenagakerjaan yang membaik, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih berada dalam zona optimis, dan konsumsi masyarakat yang terjaga kuat.
Kinerja APBD hingga akhir Oktober resilien, dengan defisit masih terkendali disertai belanja yang meningkat dan pendapatan yang membaik. Kinerja APBD terus menguat didukung oleh beberapa jenis pajak utama yang tumbuh positif dan dukungan TKD untuk pemerataan kesejahteraan. Sinergi yang kuat antara APBN dan APBD terus diperkuat untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dan sebagai shock absorber untuk mengoptimalisasi peningkatan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah.
Kepala Kantor Wilayah DJPb DKI Jakarta Mei Ling, mengungkap kondisi perekonomian regional Jakarta bulan Oktober 2024 terjaga optimis. Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) berada dalam zona optimis pada level 122,38 dan lebih tinggi dari IKE nasional 109,88.
Kenaikan indikator konsumsi dan produksi menunjukkan adanya sinyal baik untuk pertumbuhan ekonomi. Optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian yang tercermin pada Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terjaga pada level 148,57. Yang juga lebih tinggi dari IEK Nasional sebesar 132,36.
Sementara itu, inflasi DKI Jakarta Oktober 2024 sebesar 1,58% (yoy). Kelompok dengan andil tertinggi mempengaruhi inflasi tahunan adalah kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 0,06% dan 0,48%, utamanya akibat kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan berlanjutnya tren kenaikan harga emas global. Sementara kelompok makanan dan minuman masih mengalami inflasi dengan andil 0,03% utamanya karena naiknya harga daging ayam ras akibat kenaikan harga ayam hidup (live bird) di tingkat produsen.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus Yari Yuhariprasetya menyampaikan realisasi penerimaan perpajakan nasional di wilayah Jakarta.
Yari menyampaikan bahwa sampai dengan Oktober 2024, Penerimaan Pajak mencapai Rp1.072,37 triliun (88,87% dari target). Penerimaan Pajak mengalami kontraksi sebesar 2,29% (yoy), utamanya disebabkan oleh PPh Non Migas akibat penurunan PPh Pasal 25/29 Badan. PPh Migas masih turun karena turunnya pendapatan dari PPh Minyak Bumi dan Gas Alam akibat penurunan lifting migas.
Namun untuk PPN melanjutkan kinerja positif karena membaiknya kinerja PPn Impor dan PPN Lainnya. Demikian juga realisasi PBB dan Pajak Lainnya berhasil tumbuh sebesar 23,71% (yoy), disumbang dari PBB minyak dan gas bumi. Secara umum kontraksi penerimaan pajak masih berlanjut namun semakin menipis.
Mayoritas sektor utama penerimaan perpajakan tumbuh positif. Sektor utama penerimaan perpajakan menunjukkan sinyal positif dengan menipisnya tren kontraksi penerimaan tahun 2024. Mayoritas sektor usaha non komoditas tumbuh kokoh menunjukkan aktivitas ekonomi masih kokoh dan membaik. Sektor pertambangan masih mengalami kontraksi terdalam akibat kenaikan signifikan restitusi dan penurunan harga komoditas yang berdampak pada subsektor dominan pertambangan batubara dan lignit sebesar 57,37% (yoy) dan subsektor minyak bumi, gas alam, dan panas bumi sebesar 1,18% (yoy).
Penurunan harga komoditas dan peningkatan restitusi juga masih berdampak pada sektor Industri Pengolahan khususnya subsektor Industri Kendaraan Bermotor, trailer, dan semi trailer sebesar 16,79% (yoy). Sektor Perdagangan melanjutkan tren positif karena tumbuhnya sektor perdagangan besar dan eceran masing-masing tumbuh 8,30% dan 9,96% (yoy). Sektor dengan kontributor besar lainnya masih menunjukkan pertumbuhan positif mengindikasikan ekonomi retail dan operasi pemerintah berjalan on-track.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)