Airlangga menjelaskan, jika Indonesia dapat merampungkan kesepakatan ini, maka perdagangan Indonesia dengan Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet dapat meningkat secara signifikan.
"Jadi Eurasia sendiri beranggotakan dengan beberapa negara yang dulunya kita sebut sebagai negara former Uni Soviet. Itu negosiasi dengan Eurasia juga sudah 80 persen selesai. Jadi kalau ini juga kita selesaikan tahun ini, kita akan membuka (perdagangan) seluruhnya dan ini mempermudah kita untuk berbicara dalam konteks BRICS," jelasnya.
Di sisi lain, lanjut Airlangga, hubungan dagang dengan India juga terus diperkuat. Kunjungan Presiden Prabowo ke India, menegaskan komitmen kedua negara untuk menyelesaikan berbagai isu perdagangan.
Oleh karena itu, dengan memanfaatkan pasar BRICS, Airlangga menilai Indonesia berpotensi memperluas ekspor ke negara-negara anggotanya, terutama untuk produk-produk yang kompetitif.
Beberapa tantangan yang masih dihadapi antara lain perbedaan tarif bea masuk untuk kelapa sawit Indonesia dan Malaysia, serta pengenaan anti-dumping duty terhadap beberapa produk manufaktur Indonesia seperti PVC.potensi memperluas ekspor ke negara-negara anggotanya, terutama untuk produk-produk yang kompetitif.
Di sisi lain, Indonesia juga dapat mengakses bahan baku penting dari Rusia, seperti fosfat, gandum, dan komoditas lainnya yang mendukung industri dalam negeri.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 telah mencapai 5,03 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
(Taufik Fajar)