Sejalan dengan peningkatan laba kotor, Laba Usaha Perseroan juga meroket dari sebelumnya hanya sebesar Rp.45,16 miliar pada tahun 2023 menjadi Rp.414,10 miliar pada tahun 2024 atau meningkat sangat signifikan sebesar 816,88%. Selain disebabkan oleh naiknya volume penjualan, hal ini juga disebabkan adanya efisiensi pada beban umum dan administrasi.
Dengan efisiensi biaya yang dilakukan Perseroan dan peningkatan volume penjualan, Laba Tahun Berjalan Perseroan melambung tajam sebesar Rp.318,75 miliar pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2023 sebesar Rp.27,13 miliar. Laba Tahun Berjalan 2024 meningkat tajam sebesar 1074,71% dari tahun sebelumnya.
Perseroan memiliki 2 (dua) Izin Usaha Pertambangan (IUP) tambang nikel di Desa Laroenai, Kecamatan Bungku Pesisir, Sulawesi Tengah seluas 198 Ha melalui Perseroan, dan seluas 576 Ha di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara melalui Entitas Anak Perseroan yaitu PT Indrabakti Mustika (IBM).
Pada tahun 2024, Perseroan terus melaksanakan ekplorasi berkelanjutan serta menjaga prinsip konservasi cadangan mineral melalui optimasi pemanfaatan bijih nikel yaitu memanfaatkan sumberdaya mineral dan melakukan diversifikasi produk. Diversifikasi produk dilakukan dengan pembagian berdasarkan persentasi kadar nikel yang terkandung dalam bijih menjadi bijih kadar rendah, bijih kadar menengah dan bijih kadar tinggi (Low Grade, Middle Grade, dan High Grade). Perseroan melakukan pemanfaatan bijih kadar rendah (low grade) dengan melakukan optimalisasi cutoff grade sehingga bijih kadar rendah yang sebelumnya dianggap waste dapat diolah dan dipasarkan.
Saat ini, sumber daya daerah IUP Perseroan adalah sebesar 12,771 Juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,20%. Sedangkan sumber daya daerah IUP Entitas Anak, IBM adalah sebesar 74,497 Juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,10%.
Dari sisi Neraca, Perseroan mencatatkan Total Aset pada tahun 2024 sebesar Rp.1,05 triliun atau tumbuh sekitar 22,56% dibandingkan dengan Total Aset pada tahun 2023 yaitu sebesar Rp.856,83 miliar. Di sisi lain, Rasio Hutang terhadap Ekuitas Perseroan pada tahun 2024 tercatat hanya sebesar 19,58% hal ini menggambarkan bahwa Perseroan memiliki kondisi balance sheet yang sangat sehat. Perseroan juga tidak memiliki utang bank. Sementara, untuk Total Ekuitas Perseroan mengalami peningkatan dari Rp.745,47 miliar menjadi Rp.878,18 miliar pada tahun 2024, hal ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba Perseroan yang sangat signifikan.
“Kami cukup optimis atas pencapaian Perseroan di tahun 2024, karena berhasil meningkatkan kinerja operasional dan kinerja keuangan tanpa adanya beban utang Bank.” ungkap Ruddy Tjanaka, Direktur Utama Perseroan.
Pada tahun 2025 ini, terdapat katalis positif yang mampu menggerakan peningkatan harga nikel untuk ke depannya. Proyeksi tersebut didasari oleh penutupan tambang komoditas nikel di beberapa negara produsen yang memiliki biaya produksi tinggi seperti Australia, Filipina dan sejumlah negara di Eropa sehingga pasokan nikel dunia akan mengalami pengurangan dan diharapkan mampu mengerek harga nikel.
Kedepannya, diperkirakan permintaan nikel dunia akan meningkat seiring dengan kebutuhan kendaraan listrik dan baja nirkarat, hal ini menguntungkan Indonesia sebagai produsen nikel terbesar, ditambah dengan rencana beberapa negara untuk melakukan hilirisasi industry nikel domestik mereka.
(Taufik Fajar)