“Bukan hanya hasil tes, proses kandidat mengikuti tes pun menjadi hal penting yang perlu menjadi perhatian. Jika dari awal kandidat atau peserta tes sudah mencoba melakukan kecurangan, integritas dan kredibilitasnya pun perlu dipertanyakan," lanjut Kartika Amelia.
Teknologi ini menjadi andalan HCC dalam menjaga kualitas dan integritas proses seleksi digital yang sangat menentukan keberhasilan proses rekrutmen. Laporan Harvard Business Review (2023) menyebutkan bahwa 30-50% karyawan baru gagal bertahan lebih dari 18 bulan yang sudah terlihat dalam 3-6 bulan pertama.
Kegagalan itu disebabkan oleh proses rekrutmen yang terburu-buru dan kurangnya penilaian mendalam terhadap karakter serta kompetensi teknis kandidat. Sementara Riset LinkedIn Workforce Confidence (2024) mengungkap bahwa Perusahaan dengan proses seleksi yang ketat dan terkontrol mengalami 50% lebih sedikit turnover pada karyawan baru. Karena, karyawan yang melalui proses seleksi yang tepat cenderung lebih siap menghadapi tantangan di bulan-bulan awal masa kerja.
Kesalahan dalam rekrutmen akan berdampak besar bagi perusahaan. Studi dari Society for Human Resource Management (SHRM) memperkirakan bahwa biaya mengganti satu karyawan bisa mencapai 6–9 bulan gaji. Belum termasuk kerugian produktivitas, beban tim, dan kerusakan budaya kerja yang bisa ditimbulkan oleh orang yang salah di posisi penting.
Selain mendeteksi kecurangan, sistem ini juga mengedukasi kandidat akan pentingnya kejujuran sejak proses seleksi. “Bagi kami, assessment bukan sekadar hasil akhir, tapi proses pembentukan budaya integritas sejak hari pertama,” tegas Kartika Amelia.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)