Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

RI Ajukan Kelapa Sawit, Kakao hingga Kopi untuk Tarif Impor di Bawah 19 Persen ke AS

Anggie Ariesta , Jurnalis-Kamis, 24 Juli 2025 |17:42 WIB
RI Ajukan Kelapa Sawit, Kakao hingga Kopi untuk Tarif Impor di Bawah 19 Persen ke AS
Menko Airlangga soal Impor RI ke AS (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan Indonesia telah mengajukan beberapa komoditas untuk mendapatkan tarif impor di bawah 19 persen dari Amerika Serikat. Hal ini disampaikan Airlangga menyusul kesepakatan Joint Statement Indonesia-AS yang baru-baru ini tercapai.

Airlangga menuturkan bahwa komoditas yang diajukan antara lain kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro, dan produk mineral lainnya. 

Selain itu, Indonesia juga meminta tarif yang lebih kompetitif untuk komponen yang diproduksi di kawasan free trade zone (FTZ), khususnya yang terkait dengan industri healthcare.

"Beberapa komoditas yang dijadikan tarifnya lebih rendah dari 19 persen itu adalah seperti kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro dan produk mineral lainnya termasuk ke yang sedang kita minta untuk di kawasan free trade zone," ujar Airlangga dalam Konferensi Pers terkait Joint Statement Indonesia-AS.

Ia menambahkan bahwa di FTZ, beberapa pihak memproduksi komponen untuk healthcare dan industri lain yang di negara lain diberikan catatan khusus.

"Jadi kita minta kesetaraan komponen untuk industri tertentu yang bisa diberikan tarif lebih kompetitif agar bisa mensuplai kebutuhan komponen di Amerika Serikat," tegasnya.

 

Terkait aturan asal barang (rules of origin), Airlangga menyebut AS memiliki kekhawatiran terkait transhipment seperti yang terjadi pada Vietnam.

Dia memastikan Indonesia tidak ada praktik transhipment.

"Kita sudah mengatakan kita tidak ada transhipment maka kita perlu menyepakati third party vendor itu sampai di mana berapa luas, nah ini masih dalam pembicaraan," jelasnya.

Selain itu, pembahasan juga mencakup isu national security yang terkait dengan strategic trade management. 

Airlangga menjelaskan bahwa ada komponen bahan baku yang berpotensi digunakan sebagai bahan peledak, sehingga manajemen perdagangan strategis ini penting untuk memastikan keterbukaan antara kedua belah pihak. Hal ini bertujuan untuk memonitor impor dan ekspor komoditas dengan fungsi ganda yang strategis.

"Komunitas yang dianggap strategis juga bisa terhadap ekosistem untuk pesawat udara, ekosistem untuk AI, data center kemudian ekosistem yang bisa mendukung industri angkasa atau penerbangan ruang angkasa, nah kita punya itu di critical mineral," paparnya.

Pihak AS ingin memastikan komponen strategis ini tidak jatuh ke tangan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, termasuk untuk penggunaan terorisme.

"Jadi strategic trade management ini sekarang sudah kita bahas dengan Kementerian Perdagangan," pungkas Airlangga.

Pembahasan detail mengenai status proposal tarif ini dan implementasi strategic trade management masih terus berlangsung antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement