Namun demikian, menurutnya untuk pengembangan kawasan ini memang diperlukan biaya investasi tambahan. Hal ini yang justru sulit dilakukan oleh PT KAI, selaku kepemilikan mayoritas atas Whoosh. Mengingat beban utang proyek kereta cepat itu sudah cukup besar.
"(Pengembangan kawasan) itulah menurut saya solusi jangka pendek yang bisa diselesaikan kalau misalnya nanti utang investasi kereta cepat ini bisa diambil alih Danantara," sambung Toto.
Toto menambahkan, opsi lain untuk penyelesaian utang jumlah whoosh ini adalah dengan melepas kepemilikan saham pemerintah melalui PT KAI dengan mencari investor baru. PT KCIC merupakan perusahaan patungan antara PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dan konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd.
Saat ini, PT PSBI sendiri merupakan konsorsium yang terdiri dari, PT KAI (Persero) 58,53 persen, PT Wijaya Karya (Persero) 33,36 persen, PT Jasa Marga (Persero) 7,08 persen, dan PTPN VIII memegang porsi 1,03 persen.
"Jadi mungkin bisa dilakukan alternatifnya itu mengundang strategic investor yang lain, supaya sebagian porsi sahamnya pemerintah bisa didivestasi ke strategic investor yang lain," kata Toto.
"Pertanyaannya kira-kira ada tidak strategic investor yang bisa tertarik untuk mengambil sebagian saham pemerintah di konsorsium KCIC ini. Itu saja masalahnya," pungkasnya.