Keempat, festival ekonomi kreatif dan wisata belanja. Dia mengusulkan, Pasar Tanah Abang juga menjadi destinasi wisata urban. Festival mode tahunan, pasar kreatif Ramadan hingga kolaborasi dengan desainer muda bisa memperkuat citra Tanah Abang sebagai pusat tren, bukan sekadar pusat grosir. Wisatawan asing yang datang ke Jakarta akan punya alasan menjadikan Tanah Abang sebagai tujuan utama.
Kelima, keberlanjutan dan inovasi hijau. Mengikuti jejak revitalisasi pasar lain, penggunaan panel surya dan sistem pengolahan sampah mandiri akan memberi identitas baru yaitu Pasar Tanah Abang sebagai pasar hijau pertama di Asia Tenggara. Identitas ini tidak hanya mendukung keberlanjutan, tetapi juga menaikkan citra di mata investor dan konsumen global.
Keenam, kolaborasi multipihak. Revitalisasi tidak bisa hanya ditopang Pemprov DKI Jakarta. Dibutuhkan keterlibatan pedagang, asosiasi UMKM, startup logistik, bank daerah, hingga komunitas kreatif. Pemprov perlu membentuk semacam Badan Revitalisasi Tanah Abang yang berfungsi sebagai think tank sekaligus pelaksana koordinasi.
“Jika strategi ini dijalankan, Tanah Abang bukan hanya akan ‘bergigi’ lagi, tetapi juga menjadi model kebangkitan pasar rakyat di era visi Jakarta sebagai kota global,” katanya.