Pengamat pasar uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menyebutkan bahwa lembaga pemeringkat kredit Fitch Ratings Inc. menilai jika kerusuhan terus terjadi, ada risiko melemahnya peringkat kredit Indonesia. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi bisa terbebani dan sektor keuangan melemah.
"Aksi unjuk rasa yang disertai kekerasan bisa berdampak negatif terhadap profil kredit Indonesia jika kondisi itu sampai membuat prospek pertumbuhan jangka menengah melemah," kata Ibrahim.
Pelemahan rupiah juga dipicu oleh faktor eksternal, terutama dari AS. Pasar global optimis bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada akhir bulan ini setelah data menunjukkan Lowongan Kerja di AS menurun pada Juli.
"Angka ini lebih buruk dari ekspektasi pasar di tengah meningkatnya keyakinan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga akhir bulan ini," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Menurut CME Fedwatch, pasar memperkirakan peluang hampir 97 persen The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan 17-18 September mendatang.
Untuk perdagangan selanjutnya, Ibrahim memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif, namun berpotensi melemah di rentang Rp16.420 - Rp16.470 per USD.