Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Alih Fungsi Lahan Diduga Jadi Biang Kerok Banjir Bali

Tangguh Yudha , Jurnalis-Jum'at, 19 September 2025 |15:28 WIB
Alih Fungsi Lahan Diduga Jadi Biang Kerok Banjir Bali
Banjir Bali (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup menduga bencana banjir yang melanda Bali baru-baru ini dipicu oleh berbagai faktor lingkungan, salah satunya adalah alih fungsi lahan yang tidak terkendali.

Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Rasio Ridho Sani, menyatakan bahwa pihaknya saat ini tengah melakukan investigasi menyeluruh terkait penyebab banjir yang terjadi.

Dia menyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai tata ruang menjadi faktor utama yang turut memperparah bencana tersebut.

"Tim kami sedang bekerja untuk mendalami faktor-faktor apa, penyebab dari apa namanya bencana banjir di Bali ini. Pertama kita pahami ini ada perubahan alih fungsi lahan," kata Rasio saat dijumpai di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Jumat (19/9/2025).

Selain itu, Rasio menjelaskan bahwa terdapat sejumlah aktivitas pembangunan yang dilakukan di area yang seharusnya dilindungi, seperti di sempadan sungai. Aktivitas ini, menurutnya, tidak sesuai dengan tata ruang yang berlaku.

 

"Kemudian juga ada juga kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan tata ruangnya, misalnya bangunan-bangunan pinggir-pinggir sempadan sungai," jelasnya.

Persoalan lainnya adalah sampah yang juga menjadi perhatian serius. Rasio menyebut KLHK menemukan banyak tumpukan sampah pasca banjir, yang diduga kuat berasal dari aliran sungai. Sampah-sampah ini menyumbat aliran air sehingga menyebabkan banjir.

"Kami temukan adanya sampah-sampah pasca banjir, ini kan menunjukkan juga kemungkinan besar kan sampah-sampah itu masuk ke sungai-sungai, ini juga menyebabkan banjir menjadi semakin parah," terang Rasio.

Di samping itu, curah hujan ekstrem juga disebut sebagai faktor pendukung terjadinya banjir. KLHK mencatat bahwa hujan yang mengguyur Bali mencapai intensitas yang dikategorikan sebagai sangat ekstrem.

"Kemudian memang situasi saat itu kan memang curah hujannya sangat ekstrim ya, sekitar 245 mm per hari, ini juga benar-benar sangat ekstrim jadi faktornya beragam tapi berkaitan dengan faktor-faktor kepatuhan lingkungan, tadi saya sampaikan kami sedang dalami," pungkasnya.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement