Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Cerita Pelaku UMKM Binaan Pertamina, Modal Rp300 Ribu Kini Raup Cuan Rp300 Juta per Bulan

Nur Ichsan , Jurnalis-Jum'at, 17 Oktober 2025 |21:10 WIB
Cerita Pelaku UMKM Binaan Pertamina, Modal Rp300 Ribu Kini Raup Cuan Rp300 Juta per Bulan
UMKM Binaan Pertamina (Foto: Okezone)
A
A
A

"Jadi awal mula saya mulai merintis ini adalah karena melihat adanya kesenjangan para pertani yang ada di desa. Desa saya itu salah satu penghasil kelapa," kata dia.

"Nah biasanya kelapa itu dikirim ke luar pulau dan dimediasi oleh para tengkulak. Cuma para tengkulak ini kadang tekan terlalu keras ke petani. Sebelumnya bapak saya juga seorang pertani. Nah, keprihatinan tersebutlah membuat saya memiliki ambisi untuk mengangkat komoditi kelapa ini untuk diolah di pedesaan kami," kata Sumayana.

Pria yang akrab dipanggil Bli Sum ini menambahkan, pada 2015 itu dirinya hanya mempunyai modal uang Rp300 ribu.

"Jadi di awal saya merintis 2015 itu hanya dengan modal Rp300 ribu, modal nekat dan ambisi saja," kata Sum.

Tak hanya itu, untuk mengolah dan memproduksi kelapa ini, dirinya sempat meminjam garasi mobil milik temannya.

"Saya pinjam garasi mobil milik teman. Jadi di sana emuasalnya hanya dengan bermodalkan izin SPIRT. Karena itu tidak perlu ada suatu pengecekan yang serius. Nah dari sanalah kami bertumbuh, pelan-pelan juga kami memproduksi seperti olahan kunyit, jahe merah, dan beberapa produk turunan lainnya," kata pria asli Bali itu.

Awal membangun Bali Pure, dirinya hanya memproduksi virgin coconut oil (VCO). Sayangnya, jangkauan penjualan VCO tidak terlalu luas. 

Meski begitu, dirinya tetap melanjutkan hingga akhirnya mulai bergabung dengan Pertamina pada 2018.

"Baru tahun 2018 ikut program Pertamina, kami dibina bagaimana untuk scale up dan go global, go nasional, go global. Dan dibantu juga dengan pendanaan," katanya.

Setahun kemudian, kata dia, sekitar 2019, dirinya mulai memutar otak untuk lebih berinovasi, salah satunya membuat rumah produksi standart Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Baru semenjak dapat bantuan dari Pertamina dan pendampingan itu, kami mulai membuat rumah produksi berstandar BPOM. Nah, karena kalau kita hanya menjual minyak VCO aja, jangkauan marketnya kurang luas. Sehingga mulai saya berpikir untuk mensuplai ke SPA, yaitu dengan membuat minyak body oil atau massage oil. Nah itu izinnya harus BPOM," katanya.

"Produk lainnya dari minyak VCO ini kami olah menjadi body lotion, body scrub, sama body cream. Termasuk hair oil juga," kata dia.

Lebih lanjut Sumayana menjelaskan, pada enam bulan pertama dirinya bisa mengantongi cuan Rp3,8 juta .

"Jadi kalau di awal kan, namanya merintis itu dalam enam bulan omsetnya cuma Rp3,8 juta. Itu enam bulan loh. Yang selanjutnya di tahun 2016 awal baru kami mendapatkan omset per bulan itu sampai Rp2,4 juta per bulan, nambah ya. Dan begitu seterusnya sampai omset mentok itu di Rp70 juta per bulan," katanya.

"Kalau sekarang dari Rp70 juta baru masuk Pertamina, sekarang sudah per bulan kami bisa merapaup Rp300 per bulan. Sekitar Rp3 miliar sekian per tahunnya," kata Sum.

Tak hanya itu rumah produksinya di Bali yang awalnya hanya delapan orang, kini bisa mempekerjakan warga sekitar.

"Sekarang kami sudah punya karyawan sekitar 26 orang," katanya.

Produk VCO ini tidak hanya dipasarkan di dalam negeri. Produk olahan kelapa ini juga diekpor ke beberapa negara bahkan sampai Polandia.

"Kalau untuk ekspor, kami ada LCL atau Less Container Load. Belum bisa full container karena kapasitas juga terbatas. Jadi seperti sabun, kami beberapa kali ekspor. Seperti ke Polandia. Kemudian kalau minyak VCO, kami rutin kirim ke Singapura sama ke Amerika Serikat. Termasuk body oil-nya juga kami kirim ke spa yang ada di Jerman juga pernah," pungkas Sumayana.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement