JAKARTA – Lulusan baru (fresh graduate) yang belum sempat mengikuti Program Pemagangan Nasional Tahun 2025 Batch I tidak perlu khawatir. Pasalnya, program magang ini akan dibuka kembali pada November 2025 dengan kuota yang lebih besar dibandingkan tahap pertama.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa Program Magang Lulusan Perguruan Tinggi diikuti oleh 20.000 peserta pada tahap pertama. Namun, pada November 2025, program ini akan kembali dibuka dengan jumlah peserta yang lebih banyak.
"Meningkat menjadi 80.000 peserta pada November 2025," kata Airlangga, Sabtu (18/10/2025).
Oleh karena itu, calon peserta yang belum, ataupun yang gagal mendaftar di tahap pertama, dapat mengikuti program pemagangan berikutnya.
Airlangga juga menyampaikan bahwa per Jumat, 17 Oktober 2025, sudah ada 1.666 perusahaan yang mendaftar, dengan total 26.181 posisi magang dan 156.159 pelamar.
"Program ini memberikan uang saku sesuai standar daerah, serta perlindungan jaminan kehilangan pekerjaan (JKM) tanpa pemotongan dari uang saku yang diterima," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) resmi menutup pendaftaran Program Pemagangan Nasional Tahun 2025 Batch I. Berdasarkan data yang masuk, sebanyak 156.159 orang telah mendaftar sebagai calon peserta magang, sementara 1.668 perusahaan berpartisipasi sebagai penyelenggara pemagangan.
“Sejak program magang ini dibuka, animo dari masyarakat dan dunia usaha sangat luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa program pemagangan semakin dipercaya sebagai sarana efektif untuk menyiapkan tenaga kerja terampil dan berpengalaman,” ujar Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Afriansyah Noor.
Afriansyah pun menyampaikan apresiasi atas partisipasi tinggi masyarakat dan dunia usaha. Ia menegaskan bahwa pemagangan kini menjadi pilihan strategis bagi angkatan kerja untuk meningkatkan kompetensi dan kesiapan sebelum benar-benar memasuki dunia industri.
Wamenaker mengatakan, program ini melibatkan beragam sektor strategis, antara lain: makanan dan minuman, industri kreatif dan digital, komunikasi dan informasi, sektor publik, manufaktur, pariwisata, logistik dan transportasi, pertanian, hingga jasa lainnya.
“Keberagaman sektor ini memperlihatkan bahwa dunia industri semakin terbuka terhadap konsep pemagangan sebagai sarana pembelajaran berbasis pengalaman kerja nyata,” tambah Wamenaker.
(Feby Novalius)