"Di situ sebenarnya sudah cukup bagus, tapi belum ke level di mana saya bisa secara online di situ saja monitor kapal yang under-invoicing, kapal yang belum sampai sana karena AI-nya belum dikembangkan," jelasnya.
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, Purbaya menargetkan pengembangan teknologi mutakhir, yaitu Artificial Intelligence (AI), untuk memperkuat pengawasan.
"Dalam tiga bulan ke depan kita akan kembangkan sistem AI yang lebih siap di Bea Cukai," ujar Purbaya.
Penguatan sistem ini juga akan diterapkan di sektor perpajakan. "Pajak juga sama nanti pada dasarnya kita akan perkuat sistem penerimaan kita dari monitoring dari ujung ke ujung," imbuhnya.
Menkeu menargetkan bahwa ke depannya, dari command center, ia bisa melihat kondisi dan muatan kapal di pelabuhan secara langsung dan terintegrasi.
"Nanti ke depannya dari command center saya harapnya bisa lihat kapal di pelabuhan lagi ngapain, isinya apa, ininya apa. Jadi akan kita buat sistem yang terkoneksi betul di sana nanti," tutup Purbaya.
Adapun target sistem terintegrasi penuh adalah satu tahun, namun efisiensi penerimaan sudah harus tercapai dalam beberapa bulan ke depan.
Sidak ini memperkuat pernyataan Menkeu sebelumnya bahwa ia telah mengantongi nama-nama pemain besar yang terlibat dalam praktik penyelundupan dan under-invoicing, khususnya di sektor tekstil dan baja. Purbaya sebelumnya mengancam akan menindak tegas dan memproses nama-nama tersebut.
(Taufik Fajar)