Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Purbaya Ungkap Orang Susah Beli Rumah akibat SLIK OJK Hanya 100, Bukan 110 Ribu

Anggie Ariesta , Jurnalis-Rabu, 22 Oktober 2025 |10:12 WIB
 Purbaya Ungkap Orang Susah Beli Rumah akibat SLIK OJK Hanya 100, Bukan 110 Ribu
Purbaya Ungkap Orang Susah Beli Rumah akibat SLIK OJK Hanya 100, Bukan 110 Ribu (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, ada ketidaksesuaian data mengenai jumlah calon pembeli rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang terhambat dalam pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi karena masalah Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Setelah mengadakan pertemuan dengan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) pada Selasa (21/10), Purbaya meralat laporan awal yang menyebutkan ada 110.000 orang terhambat KPR karena tercatat memiliki kredit macet di SLIK OJK.

Menurut Purbaya, setelah diverifikasi ulang, jumlah calon pembeli yang benar-benar bermasalah SLIK dan berpotensi lolos KPR subsidi skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) jauh lebih kecil.

"Kan tadinya saya janjikan kalau mereka clear, Kamis saya akan ke OJK minta itu di clearkan. Tapi ternyata setelah diperiksa enggak sebanyak itu, enggak ada 110.000. Bahkan yang agak clear dari BTN hanya mungkin 3.000 dan itu pun enggak di bawah Rp1 juta. Yang di bawah Rp1 juta lebih sedikit lagi," jelas Purbaya di Kementerian Keuangan, Selasa (21/10/2025).

Purbaya bahkan menyimpulkan bahwa dari klaim 110.000 orang tersebut, hanya sedikit sekali yang benar-benar memenuhi syarat. "Terus saya simpulkan dari 110.000 itu paling yang bisa masuk 100 orang. Jadi sepertinya peng-clear-an namanya dari SLIK tidak akan memecahkan masalah demand untuk perumahan yang dibuat Tapera sama Pak Ara (Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman)," lanjut Purbaya.

 

Purbaya menduga ada salah perhitungan di awal yang berasumsi masalah demand perumahan MBR hanya disebabkan oleh isu SLIK OJK. Padahal, ada kendala lain di luar SLIK yang menyebabkan rendahnya penyerapan.

"Jadi gini, ada salah perhitungan mungkin di pertamanya. Mereka pikir kan itu semuanya gara-gara SLIK saja. Rupanya ada hal-hal yang lain yang berpengaruh. Yang di bawah Rp1 juta juga enggak sebanyak yang diklaim sebelumnya," ungkap Purbaya.

Untuk mengatasi persoalan permintaan rumah yang belum terpenuhi, Purbaya menambahkan bahwa BP Tapera akan berdiskusi kembali dengan para pengembang. "Nanti Tapera akan diskusi lagi dengan pengembang, akan menyisir lagi potensi-potensi demand yang masih belum bisa dilayani pada saat ini," terangnya.

Purbaya berharap permintaan perumahan meningkat hingga akhir tahun demi mendorong sektor konstruksi dan laju pertumbuhan ekonomi.
 

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement