Vaksin dengan skala permintaan tidak terlalu besar sudah hampir sepenuhnya dipenuhi dari dalam negeri, sementara vaksin untuk unggas yang kebutuhannya sangat besar saat ini telah dapat dipasok hingga 30 persen oleh Pusvetma.
Wamentan juga menyoroti tantangan sekaligus peluang Indonesia sebagai negara tropis.
Penyakit hewan di wilayah tropis memiliki karakteristik berbeda dari negara subtropis, sehingga Indonesia perlu memiliki kemandirian teknologi untuk menjawab kebutuhan nasional sendiri.
“Kita adalah negara tropis, dan jenis penyakit hewan di sini berbeda dengan negara lain. Justru ini menjadi peluang karena kita bisa mengembangkan vaksin yang sesuai dengan karakter penyakit di Indonesia. Ini menunjukkan kita tidak boleh bergantung pada impor,” ujarnya.
Untuk itu, Wamentan Sudaryono menegaskan rencana pemerintah membangun fasilitas baru pada tahun mendatang guna meningkatkan kapasitas produksi Pusvetma.
Penambahan peralatan dan sarana produksi ini ditujukan agar Indonesia dapat mencapai kemandirian penuh dalam hal vaksin hewan.
“Dengan fasilitas baru dan peningkatan kapasitas produksi, kita ingin agar vaksin nasional bisa 100 persen mandiri tanpa impor. SDM ada, alat ada, tinggal kita memperkuat fasilitasnya,” tambahnya.
Dia juga menekankan bahwa kemandirian vaksin hewan bukan sekadar proyek teknis, tetapi bagian penting dari ketahanan pangan dan kesehatan hewan nasional.
Ketersediaan vaksin yang memadai dan terjangkau akan berdampak langsung pada produktivitas peternak, stabilitas pasokan protein hewani, serta daya saing sektor peternakan dalam negeri.
Selain itu, Wamen menegaskan Kementerian Pertanian akan terus memastikan kebijakan penguatan kesehatan hewan berjalan sejalan dengan integrasi riset, kolaborasi perguruan tinggi, dan penguatan sistem pengawasan penyakit hewan.
“Ini bukan kerja satu unit saja. Ini kerja bersama seluruh unsur kesehatan hewan Indonesia,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Agung Suganda menyampaikan bahwa Pusvetma kini menjadi salah satu BLU paling berkembang di sektor pertanian. Hal ini terlihat peningkatan yang sinifikan dari PNBP.
"Pendapatannya yang semula kurang dari Rp10 miliar pada 2018. Dan tahun ini kita buktikan bahwa Pusvetma menjadi BLU bidang pertanian dengan capaian PNBB hampir 100 miliar Yang tentu ini adalah bakat kerja keras seluruh jajaran Puspekma," ungkap Agung.
Dia juga menekankan kesiapan Pusvetma memperluas produksi vaksin unggas seperti Avian Influenza (AI) dan New Castle Disease (ND) yang sangat dibutuhkan untuk menjaga pasokan protein hewani nasional.
(Taufik Fajar)