Secara spesifik, mitra pendukung JETP dari IPG (International Partners Group) juga menyampaikan permintaan kepada Indonesia.
Permintaan tersebut antara lain prioritisasi solar rooftop, perencanaan lanjutan energi terbarukan lainnya, serta percepatan proses pengadaan atau tender RE. Hal ini mengingat Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034 sudah memasukkan target 70 GW energi terbarukan.
Airlangga juga menyoroti dukungan teknis yang diberikan oleh mitra. Inggris dan Irlandia menyampaikan studi mengenai Just Framework yang memberikan langkah-langkah implementatif untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan inklusivitas dalam transisi energi.
Pemerintah Jepang turut memberikan apresiasi terhadap laporan kemajuan JETP 2025 yang sedang difinalisasi.
Menutup paparannya, Airlangga menekankan bahwa dana sebesar USD21,4 miliar adalah dana yang sangat besar.
“Karena itu dengan ketersediaan dana sebesar 21,4 bilion adalah sebuah dana yang besar dan itu tergantung kepada Indonesia dan lintas kementerian untuk mengakselerasikan," pungkasnya.
Sebagai informasi, JETP merupakan perjanjian kemitraan bersejarah antara Indonesia dan International Partners Group (IPG), yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Jepang, untuk mempercepat transisi energi bersih Indonesia.
Kemitraan ini bertujuan utama membantu Indonesia mencapai target ambisius, yaitu mempercepat pencapaian Net Zero Emissions (NZE) di sektor ketenagaligaan menjadi tahun 2050 (dari target awal 2060), mencapai puncak total emisi sektor ketenagalistrikan pada 290 MtCO2 sebelum tahun 2030, dan meningkatkan pangsa Energi Terbarukan (RE) dalam bauran energi menjadi minimal 34 persen pada tahun 2030.
Pendanaan JETP terutama dialokasikan untuk mempensiunkan dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara dan mengembangkan infrastruktur energi terbarukan skala besar.
(Taufik Fajar)