JAKARTA - PT Pertamina (Persero) dan PT Medco Energi Internasional Tbk menyatakan kesiapannya untuk segera menjalankan proyek gas Senoro. Kedua operator lapangan gas tersebut tinggal menunggu lampu hijau dari pemerintah.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan bahwa pemerintah akan segera mengambil keputusan mengenai proyek gas Senoro dengan opsi 70 persen hasil produksi gas untuk ekspor dan 30 persen untuk konsumsi domestik, yakni untuk pabrik pupuk dan pembangkit listrik. Opsi kombinasi tersebut dinilai telah memenuhi kebutuhan gas domestik secara optimal.
Keputusan mengenai kelanjutan proyek gas Senoro dikatakan akan segera diumumkan pemerintah. Terkait dengan isu alokasi gas, Hatta mengatakan bahwa secara keseluruhan Indonesia tidak mengalami defisit gas,bahkan cenderung mempunyai stok berlimpah. Hanya saja,pasokan gas itu tidak terserap dengan optimal di dalam negeri karena Indonesia terlambat membangun infrastruktur gas.
Vice President Communication Pertamina Basuki Trikora Putra menegaskan, pihaknya sudah siap menjalankan keputusan pemerintah mengenai proyek Senoro, termasuk pelaksanaan opsi kombinasi ekspor dan domestik.”Kami berharap keputusan segera ditetapkan sehingga proyek bisa dilanjutkan,” tandasnya di Jakarta, kemarin.
Pertamina menghitung, skenario 70 persen ekspor dan 30 persen akan memberikan keuntungan optimal bagi negara,yakni sebesar USD6,4 miliar selama 15 tahun pelaksanaan kontrak. Hal senada di kemukakan Direktur Proyek Medco Lukman Mahfoedz. Menurut dia, jika memang diputuskan pekan ini, maka pihaknya akan segera mengonfirmasikan kabar itu ke para pembeli gas dan menyelesaikan perjanjian jual belinya.
Para pembeli gas dari lapangan Senoro adalah Chubu Electric sebesar 1 juta ton per tahun, Korea Gas (Kogas) 700.000 ton per tahun dan Kyushu Electric 300 ribu ton per tahun. Selanjutnya, menurut Lukman, pihaknya akan memproses persetujuan penunjukan penjual (sales appointment agreement/SAA) dengan Badan Pelaksana kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) dan juga approval for expenditure (AFE) dan menyelesaikan permasalahan detail komersial baik di hulu maupun hilir.
”Itu semua kami perkirakan butuh waktu selama enam minggu sebelum FID (final investment decision) bisa diputuskan,”ujarnya. Lukman menambahkan lagi, setelah FID disetujui, maka perlu waktu selama 42 bulan guna mencapai tahapan uji coba (commisioning) kilang gas alam cair. Jadi, kata dia, diperkirakan awal 2014 kilang tersebut sudah bisa beroperasi.
”Kita akan bekerja ekstracepat karena para pembeli gas Senoro menghendaki pasokan masuk pada awal tahun 2014. Kalau tidak mereka akan mencari pemasok yang lain,” paparnya.
Sementara itu, anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PAN Alimin mengatakan, pihaknya memang sudah mendesak agar proyek itu diputuskan untuk memberi kepastian bagi investor dan pembeli gas, juga untuk memonetisasi proyek yang sudah puluhan tahun terkatung- katung itu. Menurut dia, Komisi VII DPR akan mendengar langsung keterangan pemerintah soal Senoro dari Menko Perekonomian Hatta Rajasa dalam rapat kerja pada Selasa (25/5/2010) mendatang.
(Candra Setya Santoso)