JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melihat potensi meningkatnya inflasi harus diwaspadai dan perlu direspons secara tepat agar tidak menimbulkan tekanan inflasi ke depan.
"Kita harus waspada melihat ekspektasi inflasi yang mulai meningkat agar tidak menimbulkan tekanan inflasi ke depan," ujar Kepala Biro Direktorat Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI Difi A Johansyah dalam siaran pers hasil RDG BI, Jumat (4/2/2011).
Dia menambahkan, ekspektasi inflasi cenderung mulai meningkat sebagaimana tercermin pada indikator ekspektasi inflasi dan survey ekspetasi konsumen yang dipicu kenaikan harga volatile foods yang masih tinggi, dan juga didorong oleh kenaikan harga komoditi global dan rencana kebijakan pemerintah khususnya pengurangan subsidi BBM.
"Ekspektasi inflasi dipicu kenaikan harga volatile foods yang masih tinggi, dan juga didorong oleh kenaikan harga komoditi global dan rencana kebijakan pemerintah khususnya pengurangan subsidi BBM," tambahnya.
Pada Januari 2011, inflasi tercatat mencapai 0,89 persen (mtm) atau 7,02 persen (yoy) yang terutama disebabkan tingginya inflasi kelompok volatile foods karena berlanjutnya gangguan produksi dan distribusi bahan pangan, khususnya beras dan bumbu-bumbuan.
Lebih lanjut, kelompok administered prices menunjukkan inflasi yang moderat sebesar 5,21 persen (yoy) dan inflasi inti relatif terkendali pada tingkat yang cukup rendah yakni 4,18 persen (yoy)
"Sedangkan administered prices menunjukkan inflasi yang moderat sebesar 5,21 persen (yoy) dan inflasi inti relatif terkendali pada tingkat cukup rendah yaitu 4,18 persen (yoy)," tandasnya.