Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

"BBM Tak Jadi Naik, Sekarang Urusin Inflasi Saja"

R Ghita Intan Permatasari , Jurnalis-Senin, 02 April 2012 |17:55 WIB
Urusin Inflasi Saja"" />
Menkeu Agus Martowardojo. Foto: Runi/okezone
A
A
A

JAKARTA - Pemerintah merasa heran terhadap kenaikan harga barang yang terjadi akhir-akhir ini. Padahal, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi ditunda kenaikannya.

"Kita sekarang urusin inflasi saja, kan tidak cocok itu harga naik, tapi BBM tidak jadi naik," ungkap Menteri Keuangan Agus Martowardojo, kala ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Senin (2/4/2012).

Menurutnya, hal tersebut harus diperhatikan karena inflasi merugikan rakyat. Selain itu, dirinya memandang juga bahwa seiring ditundanya kenaikan BBM subsidi angka inflasi yang dipatok dalam RAPBN-P 2012 masih dipandang realistis.

"6,8 persen masih realistis, toh sekarang angka infasinya masih rendah," paparnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Maret berada di kisaran 0,07 persen dengan bahan pangan disinyalir menjadi pemicu rendahnya inflasi. Namun, tekanan inflasi justru datang dari cabai.

"Penyebab inflasi tertinggi, yaitu harga cabai rawit karena kurangnya pasokan," ungkap Kepala BPS Suryamin.

Menurunnya, dari 66 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), 46 kota mengalami kenaikan harga cabai rawit. "Tertinggi naiknya di kota Kediri, naik 86 persen lalu Gorontalo 84 persen," tambah dia.

Sementara untuk cabai merah, dari 66 kota IHK, 57 kota IHK mengalami kenaikan harga cabai. Selain itu, yang juga mendorong terjadi inflasi adalah rokok dengan 66 IHK sebanyak 33 kota naik.

Diberitakan sebelumnya, BPS menyatakan inflasi tahun kalender 0,88 persen dengan inflasi year-on-year (yoy) berada di kisaran 3,97 persen. Sedangkan untuk inflasi inti pada Maret 2012 berada di kisaran 0,20 persen. "Sedangkan untuk inflasi inti year-on-year berada di kisaran 4,25 persen," tambah dia.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement