JAKARTA - Penurunan ekspor dinilai karena kondisi perekonomian Eropa yang belum stabil, akibat krisis utang tersebut. Hal ini, mempengaruhi permintaan produk Indonesia yang terus menurun.
"Kinerja ekspor dan impor hanya tumbuh masing-masing 17,8 persen dan 28,2 persen, perlambatan ekspor-impor itu patut diwaspadai," tegas Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (4/9/2012).
Agus mengatakan, ini merupakan stimulan pertumbuhan ekonomi, yang diperkirakan berlanjut hingga akhir 2012. Agus Marto menambahkan, kondisi Eropa saat ini menjadi beban baru bagi perekonomian China, India, Singapura, termasuk Indonesia.
"Walaupun ekspor mengalami penurunan, tapi pada 2012 investasi langsung di Indonesia terus meningkat hingga 20,53 persen dibandingkan tahun lalu dan ini menunjukan peforma terbaik," tukasnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca dagang Indonesia pada Juni meningkat USD176,5 juta. BPS mencatat angka ekspor Juni sebesar USD16,15 miliar, sementara angka impor Juni mencapai USD16,33 miliar.
Secara akumulasi, defisit terjadi ke ASEAN sebesar USD1,13 miliar, hanya perdagangan ke Thailand dan Singapura yang tidak mengalami defisit. Sementara itu, Uni Eropa juga masih surplus USD2,738 miliar, dengan Jerman dan Prancis yang mencatat defisit.
(Martin Bagya Kertiyasa)