JAKARTA - Defisit transaksi berjalan atau Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) terus menekan nilai tukar rupiah terahadap dolar Amerika Serikat (AS). Defisit transaksi berjalan pun tidak bisa diatasi hanya dengan kebijakan moneter.
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Hendar, pertumbuhan ekonomi dunia tengah mengalami perlambatan, termasuk pertumbuhan ekonomi China dan Jepang yang jadi tujuan utama pasar ekspor Indonesia.
Oleh karena itu, mendorong ekspor ke pasar tersebut akan sulit dilakukan karena adanya pengetatan anggaran. Maka, pilihan satu-satunya yang paling memungkinkan adalah mengendalikan impor.
"Sekarang menjadi penting bagi Pemerintah untuk menurunkan impor. Tantangannya adalah bagaimana Pemerintah agar dapat mengkoordinasikan kebijakan untuk menekan impor, tanpa mengganggu upaya mengejar target pertumbuhan ekonomi," kata dia di Gedung BI, Jakarta, Kamis (27/9/2012).
Hendar menuturkan, dalam hal ini hanya tersedia dua pilihan, yakni meningkatkan ekspor dan mengendalikan impor. "Pilihannya hanya dua, entah itu meningkatkan ekspor atau mengendalikan impor," tutur Hendar.
Karenannya dia meminta pemrintah turun tanggan agar pengendalian impor dapat terjaga. Pasalnya, pengendalian impor bukan merupakan ranah BI selaku otoritas moneter. "Ini merupakan permasalahan serius. Tidak hanya bisa diatasi dengan kebijakan moneter semata," tukas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)