Tidak ada yang instan dalam membangun bisnis, perlu kerja keras dan semangat yang lebih untuk menghadapi tantangan ketika membangun pondasi usaha. Sama halnya dengan Adang, dirinya harus terseok-seok jatuh bangun ketika awal mengembangkan Green Nitrogen.
Adan mengawali bisnisnya dari salah satu teman yang mempunyai ide menjual angin nitrogen di salah satu rest area di jalan tol. Adang pun langsung menyambut positif ide kreatif tersebut dengan memberikan modal. Namun, kios pengisian nitrogennya tidak dikemas dengan baik, sehingga usahanya pun tidak berkembang.
"Gregetnya itu biasa saja, kemasannya itu masih pakai gubuk," tutur Adang kepada Okezone saat dijumpai di Kantornya di daerah Bekasi, Jawa Barat beberapa waktu yang lalu.
Melihat kondisi tersebut, Adang merasa terpanggil untuk ikut turun tangan dalam bisnis itu. Pasalnya, dia mengaku sangat optimis dengan ide bisnis tersebut. Satu hal dalam pikirannya saat itu adalah mengemas bisnisnya secantik mungkin.
Adang kemudian membuat standarisasi dengan memodifikasi tampilan booth pengisian nitrogennya berukuran 9 m2, serta memakaikan seragam kepada karyawaannya. Pada saat itu, usahanya tersebut diberi merek Green Nitrogen.