Jurus BI Tangkal Inflasi Akibat Kebijakan BBM

Iwan Supriyatna, Jurnalis
Selasa 17 April 2012 19:21 WIB
Logo BI. Foto: Koran SI
Share :

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mewaspadai risiko meningkatnya tekanan inflasi dari kemungkinan kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah. Kendati kewaspadaan tersebut bersifat sementara.

Langkah dalam mengantisipasi hal tersebut pun ditempuh BI dengan melakukan pengendalian likuiditas secara langsung, penguatan operasi moneter, me-review Giro Wajib Minimum (GWM), hingga kebijakan BI rate.

"Namun, kapan itu diambil BI, sangat tergantung kebijakan pemerintah soal BBM. Yang pasti, BI sudah menyiapkan strateginya," ujar Direktur Eksekutif Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (17/4/2012).

Ketidakpastian mengenai kebijakan BBM yang akan ditempuh pemerintah, menurut Perry, memberi tekanan terhadap inflasi. Kendati, saat ini ada sejumlah opsi yang disiapkan pemerintah, namun opsi-opsi itu sifatnya belum pasti.

"Sekarang ini, jika pemerintah menempuh kebijakan pembatasan konsumsi mobil pribadi di Jawa-Bali untuk cc tertentu, dampak inflasinya tidak terlalu besar dan hanya menyumbang tambahan dampak inflasi 0, 3 persen. Sementara, kalau ada kenaikan BBM Rp1.500 per liter maka tambahan dampak ke  inflasi 2,2 persen dengan catatan ada kompensasi untuk transportasi Rp5 triliun. Jika ada kompensasi berarti, tidak ada kenaikan ongkos angkutan," terangnya.

Menurutnya, BI melihat ada indikasi meningkatnya inflasi. Hal ini terlihat dari hasil survei penjualan eceran pedagang, konsumen, maupun imported inflasi di pelaku pasar keuangan.

Oleh karena itu, BI melakukan pengendalian likuiditas, termasuk simulasi apakah kebijakan BI rate masih relevan dengan ekspektasi inflasi yang bakalan terjadi. Berdasarkan hasil simulasi BI, BI Rate 5,75 persen masih konsisten dengan perkiraan makroekonomi 2012 dan 2013.

Dengan penguatan operasi moneter, kata dia, suku bunga operasi moneter dan suku bunga dipasar uang sedikit bergerak naik, khususnya untuk suku bunga dengan tenor yang lebih dari satu hari.

"Awal Maret sebelum RDG, suku bunga operasi moneter untuk deposito overnight sekira 3,75 persen," ungkapnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya