DEPOK - Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir mengungkapkan asumsi pemerintah bahwa konsumen Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi selama ini bukan kelas menengah kebawah. Sejak pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM sampai pada Sabtu (22/6) kemarin, konsumsi BBM tetap tinggi, sebesar 80 ribu barel per hari.
"Hal itu menandakan, ternyata kenaikan harga BBM di Jawa sama sekali tidak berpengaruh. Selain jumlah konsumsi masih tinggi, indikasi lannya adalah jalanan masih macet. Namun, kita masih menunggu data pada Minggu," katanya usai menjadi pembicara dalam seminar Energi Negeri untuk Negeri di Kampus Gunadarma, Senin (24/06/2013).
Ali menambahkan, akan melakukan pemantauan terhadap konsumsi BBM hingga satu pekan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui angka riil konsumsi masyarakat terhadap BBM.
"Kalau tidak juga terjadi penurunan bisa jadi benar bahwa hipotesa yang menyebutkan BBM bersubsidi tidak dinikmati oleh masyarakat golongan menengah ke bawah," ungkapnya.
Ali mengingatkan di ASEAN hanya tinggal dua negara saja yang masih mensubsidi BBM, yakni Indonesia dan Malaysia. Malaysia pun, kata dia, sudah melakukan sosialisasi secara terbuka mengenai rencana kenaikan harga BBM. Bahkan, mereka secara gamblang mengatakan kalau BBM tidak dinaikan dalam tempo empat tahun negara Malaysia akan bangkrut.
"Kalau kita tetap menggali sumber daya minyak kita akan habis dalam waktu 11 tahun. Makanya model penyaluran BBM harus diubah," katanya.
Enam kilang minyak di Indonesia, kata dia, hanya mampu mengelola minyak mentah satu juta barel. Itu pun hanya menghasilkan minyak 85 persen atau setara 850 ribu barel. Sementara kebutuhan mencapai 1,3 juta barel. Sisanya, impor dari perusahaan minyak nasional.
"Asumsi yang ada selama ini kalau minyak kita dijual dengan harga murah, ya salah. Kita juga menggunakan harga internasional. Begitu pun ketika kita beli, menggunakan tarif internasional. Jadi sesungguhnya penerimaan dan penerimaan impas," katanya.
Ali mengatakan, pola distribusi BBM di Indonesia merupakan yang paling terumit di dunia. Di mana, kata dia, untuk mendistribusikan BBM ke daerah-daerah menggunakan seluruh moda transportasi dari mulai darat, laut, dan udara. "Untuk menyalurkan BBM ke Papua digunakan moda transportasi udara. Ini yang menyebabkan harga BBM berbeda dengan di Jawa," ujarnya.
Ali menambahkan, stok BBM di Indonesia hanya kuat selama 23 hari. Jika dibandingkan negara-negara ASEAN, Indonesia berada di nomor dua paling buncit setelah Filipina yang hanya memiliki stok BBM selama 22 hari. Sementara negara lainnya seperti Kambodja 30 hari, Laos 45 hari, Myanmar 91 hari, dan Singapura 90 hari. "Kita yang dulunya disebut sebagai ladang minyak hanya mimiliki stok BBM selama 22 hari. Sungguh sebuah ironi," katanya. (wan)
(Martin Bagya Kertiyasa)