Industri Keramik Bersiap Hadapi Serbuan Impor

Koran SINDO, Jurnalis
Jum'at 17 Maret 2017 09:44 WIB
Foto: benzinga
Share :

JAKARTA– Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) meminta produsen keramik nasional meningkatkan daya saing guna menghadapi serbuan impor produk keramik mulai tahun 2018, sebagai dampak dari penerapan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).

Ketua Umum Asaki Elisa Sinaga mengatakan, produk keramik impor asal China terus masuk ke Indonesia meskipun sudah dikenakan bea masuk sebesar 20%. Pada 2018, bea masuk untuk produk keramik akan menjadi 0% sesuai kesepakatan ACFTA.

“Ini merupakan peringatan kepada semua pihak, produsen di dalam negeri untuk lebih efisien, membenahi diri supaya bisa bersaing karena tahun 2018 waktunya tidak lama lagi,” ujar Elisa di sela-sela pemeran KERAMIKA ke-6 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta.

Elisa mengatakan, impor produk keramik ke Indonesia terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 27% setiap tahun. Kondisi ini diakuinya membuat produsen dalam negeri merasa terganggu dengan penetrasi produk keramik impor, terutama berasal dari China. Apalagi permintaan keramik di dalam negeri sedang mengalami penurunan.

Dia menyebutkan, produk keramik impor kebanyakan memiliki jenis homogenous atau granite tile yang impornya mencapai dua kali dari total produksi homogenous tile dalam negeri. Namun, untuk keramik tile biasa, kata Elisa, produsen dalam negeri relatif masih menguasai pangsa pasar dalam negeri.

Dia pun berharap pemerintah bisa menerapkan standar kualitas ketat terhadap produk impor sehingga tidak merugikan konsumen. Dia menambahkan, sejumlah produsen keramik dalam negeri juga sudah memanfaatkan teknologi mesin cetak digital yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Namun, dia juga mengeluhkan berbagai hambatan yang menggerus daya saing industri nasional, seperti ongkos logistik serta harga gas mahal.

“Biaya dari China ke Medan itu cuma USD350-USD400 per kontainer. Sedangkan di Indonesia dari Jawa ke Medan saja kena USD700-800 per kontainer. Belum lagi harga gas yang tinggi. Tapi kita menyadari infrastruktur gas kita belum sebaik di China, maka sedang didorong. Kita tidak mengharapkan harga sama yang penting kompetitif,” katanya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya