Menilik Kinerja Saham Sektor Perunggasan hingga Akhir 2017, Profit atau Tidak?

Kurniasih Miftakhul Jannah, Jurnalis
Selasa 08 Agustus 2017 13:43 WIB
Ilustrasi: (Foto: Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Pemulihan ekonomi masih belum dirasakan industri perunggasan Indonesia hingga semester satu tahun ini. Meski ada faktor musiman puasa dan Lebaran, ternyata permintaan terhadap ayam dan turunannya tidak sebesar perkiraan semula. Alhasil, kinerja keuangan perusahaan-perusahaan perunggasan belum menggembirakan.

Padahal pemerintah sudah semakin proaktif membantu industri ini dengan program pemusnahan untuk mengurangi keterpurukan harga. Namun karena permintaan rendah, harga ayam masih stabil murah. Menurut Analis PT Bahana Sekuritas Michael Setjoadi, rendahnya daya beli masyarakat pada tahun ini menjadi salah satu penyebab berkurangnya konsumsi ayam. Dengan adanya formulasi baru terhadap kenaikan upah minimum yakni besar pertumbuhan ekonomi plus besar inflasi, serta adanya kenaikan tarif dasar listrik, daya beli masyarakat tidak sekuat tahun sebelumnya.

“Tak heran bila kinerja keuangan perusahaan seperti PT Charoen Pokphand Indonesia dengan kode saham CPIN, PT Japfa Comfeed Indonesia dengan kode saham JPFA dan PT Malindo Feedmill dengan kode saham MAIN pada kuartal kedua tahun ini belum sesuai harapan,” kata dia dalam risetnya, Selasa (8/8/2017). 

Melihat pencapaian hingga semester satu tahun ini, Bahana merevisi ke bawah prediksi kinerja keuangan ketiga perusahaan ini untuk sepanjang 2017. Namun, terpuruknya harga ayam tidak akan berlanjut hingga tahun depan. Pasalnya, pemerintah semakin memahami waktu yang tepat untuk melakukan pemusnahan.

Baca Juga:

Sehingga kestabilan harga lebih terjamin dan daya beli masyarakat akan berangsur pulih pada tahun depan menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Selain itu, komoditas telur dan ayam merupakan bahan pokok yang harganya diatur oleh pemerintah sehingga fluktuasi harga lebih terjaga.

Charoen Pokphand Indonesia

Bahana memperkirakan pendapatan perusahaan berkode saham CPIN ini akan tergerus menjadi sebesar Rp39,93 triliun pada akhir 2017, dari perkiraan semula sekira Rp41,45 triliun. Sedangkan pada tahun depan, Charoen diperkirakan bisa mengantongi pendapatan sekira Rp42,93 triliun, turun 2,3% dari perkiraan semula. 

Turunnya pendapatan memengaruhi perkiraan laba bersih sepanjang tahun ini, yang diperkirakan turun hingga 23,9% dari perkiraan semula menjadi Rp2,42 triliun pada akhir 2017. Namun pada tahun depan, meski pendapatan diperkirakan turun, laba bersih diperkirakan tumbuh 10,6% dari perkiraan semula menjadi Rp3 triliun.

Dengan perkiraan kinerja ini, Bahana merekomendasikan reduce untuk saham CPIN karena valuasi harga sudah kemahalan, dengan target harga turun dari Rp2.900 menjadi Rp2.750 per lembar saham.

Japfa Comfeed Indonesia

Rekomendasi Bahana atas perusahaan berkode JAPFA ini lebih positif karena fundamentalnya lebih baik, memiliki bisnis yang lebih beragam, dan valuasi harga masih murah. Sehingga, perusahaan sekuritas pelat merah ini merekomendasikan beli dengan target harga sedikit mengalami kenaikan dari semula Rp1.700 menjadi Rp1.750 per lembar saham.

Baca Juga:

Sama halnya dengan CPIN, pendapatan Japfa pada akhir tahun ini diperkirakan turun sebesar 3,7% dari perkiraan semula menjadi Rp27,6 triliun, sehingga laba bersih diperkirakan turun sebesar 19% dari perkiraan semula menjadi Rp1,31 triliun pada akhir 2017. Namun tahun depan, meski pendapatan diperkirakan turun sebesar 2,6% dari perkiraan semula menjadi Rp28,81 triliun, laba bersih diperkirakan melonjak hingga 35% dari perkiraan semula menjadi Rp1,61 triliun.

Malindo Feedmill

Anak usaha Badan Pembinaan Usaha Indonesia atau lebih dikenal dengan BPUI juga merekomendasikan reduce atas saham MAIN karena valuasi harga sudah kemahalan serta ketersediaan fasilitas untuk menunjang usahanya belum tersedia, seperti misalnya freezer untuk mempertahankan ayam tetap dalam kondisi segar sejak pemotongan hingga ke konsumen. Malindo menggunakan jasa pihak ketiga serta ada beberapa fasilitas lainnya yang belum tersedia.

Tahun ini, pendapatan Malindo diperkirakan turun hingga 8,3% dari perkiraan semula menjadi Rp5,37 triliun. Akibatnya, laba bersih anjlok hingga 36,3% dari perkiraan semula menjadi Rp190 miliar pada akhir 2017. Sementara itu, pendapatan tahun depan diperkirakan turun 7% dari perkiraan semula menjadi Rp5,77 triliun, dengan kenaikan laba bersih sekira 5,1% dari perkiraan semula menjadi Rp240 miliar.

Sehingga Bahana menurunkan target harga MAIN menjadi Rp860 dari perkiraan semula Rp1.100 per lembar saham.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya