Jangan Lengah! Gubernur BI: Kestabilan Rupiah Penting bagi Ekonomi Indonesia

Apriyadi Hidayat, Jurnalis
Rabu 20 September 2017 14:51 WIB
Ilustrasi: (Foto: Okezone)
Share :

"Inflasi kita dalam enam tahun terakhir rata-rata 5,2%. Kalau dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya sudah di bawah 3%. Filipina contohnya. Tapi kalau dibandingkan inflasi kita pada 2013 ya lebih baik, karena saat itu mencapai 8,3%," ujarnya.

Baca Juga: Revolusi Ekonomi, Jokowi Singgung Mudahnya Pesan Hotel hingga Taksi Online

"Yang diutamakan kestabilan ekonomi. Presiden Jokowi menghapus subsidi BBM dan listrik serta dialihkan menjadi bantuan langsung. Ini sejalan dengan reformasi fiskal. Kami sepakat 2018 atau 2019 nanti inflasi di 3,5%," terangnya.

Dia menyatakan, secara umum kondisi ekonomi nasional membaik. Namun perlu adanya kewaspadaan. "Secara umum baik. Neraca perdagangan kita surplus USD1,7 miliar. Bulan lalu karena Lebaran, tapi sekarang karena menujukan ekspor baik, komoditi andalan kita membaik seperti kelapa sawit dan batu bara. Tapi mesti waspada siapa tahu harga-harga itu turun. Jangan lengah," tandasnya.

Agus mengungkapkan Indonesia harus mewaspadai ancaman global terhadap ekonomi. Ancaman utama adalah pembalikan modal atau capital reversal akibat kenaikan The Fed Fund Rate setelah ekonomi Amerika Serikat mengalami pemulihan. Selain itu, tutur Agus juga perlu diwaspadai bila The Fed mengurangi neraca (balance sheet) surat utang yang dapat mengakibatkan kenaikan nilai Dolar AS.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya