JAKARTA - Pemerintah meningkatkan koordinasi dan mengerahkan upaya maksimal mengawal target inflasi tahun ini sesuai Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 3,5%.
Perkembangan harga sejumlah bahan pangan terus dipantau, terutama ketersediaan beras. Pemantauan tidak hanya dilakukan di pasar, tetapi juga di tingkat petani selaku produsen. Selama ini beras merupakan komoditas pangan yang sangat sensitif terhadap laju inflasi.
Terlebih hari-hari ini Indonesia tengah di hadapkan pada musim kemarau, sehingga, walaupun pada Agustus lalu terjadi deflasi sebesar 0,05%, angka inflasi bulan ini akan sulit diprediksi jika suplai bahan pangan tidak terjaga. Dan komoditi beras menjadi menjadi fokus pemerintah.
"Kita meminta untuk Bulog menyiapkan operasi pasarnya. Beras adalah makanan utama dan itu jadi perhatian khusus," ujar Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiarto Lukita di Jakarta, Jumat (7/9/2018).
Perum Bulog yang mendapat tugas mengendalikan harga, menyatakan siap melaksanakan tugas operasi pasar, walaupun saat ini tren harga beras mulai mengalami penurunan. Ketersediaan beras Bulog mencapai 2,6 juta ton.
Stok ini cukup untuk operasi beras sampai masa panen berikutnya. Bulog bahkan meminjam gudang untuk menampung beras, karena gudang Bulog sudah penuh.
“Bulog menyiapkan langkah intervensi, seperti operasi pasar, untuk mengantisipasi kenaikan harga beras”, pungkas Direktur Utama Bulog Budi Waseso. Dari sisi produksi beras, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menjelaskan Kementerian Pertanian (Kementan) menjalankan amanat mengawal inflasi 2018 dengan menjaga ketersediaan melalui berbagai upaya.
Menghadapi kemarau yang dampaknya banyak dikhawatirkan berbagai pihak, pemerintah melalui Kementan sudah membangun dan memperbaki jaringan irigasi pertanian. Membangun embung dan sumur, serta membagikan lebih dari 100 ribu mesin pompa. Juga memastikan ketersediaan 1 juta hektar lahan tanam.
"Semua upaya itu sebagai antisipasi penurunan produksi beras pada masa kemarau. Dan Kami mengantisipasi lebih awal," katanya.
Sementara untuk sisi perlindungan dan menjaga semangat petani di tengah ancaman kerugian akibat kemarau, sejak tiga tahun lalu Kementan telah mendorong petani untuk mengikutkan sawahnya dalam program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Selain bencana, ancaman kerugian yang menghantui petani adalah juga hama dan ketika musim kemarau datang
(Dani Jumadil Akhir)